oleh

Peringati Hardiknas, Bocah SD di Garut Jualan Bakso, Sekolah Pun di Sekolah Bolong

GARU, KAPERNEWS.COM – Dibalik kemewahan peringatan Hari Pendidikan Nasional di Kabupaten Garut, seorang bocah berusia tujuh tahun terpaksa harus memikul gerobak bakso tahu untuk jualan keliling. Hal itu ia lakukan agar bisa bersekolah dan jajan. Kisahnya jadi inspirasi dan jadi perbincangan di media sosial.

Dia adalah Erwin Utama. Bocah kelas dua sekolah dasar di Madrasah Iftidaiyyah (MI) Al-Muttaqien asal Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug.

poto : Erwin saat memikul tanggungan bakso berkeliling kampi=ung sambil menuju sekolahnya

Saat Kapernews.com menenuinya, Erwin tengah berjualan dan hendak menuju sekolahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari kediamannya. Tak tanggung-tanggung, Erwin selain membawa tas sekolah yang berisi buku, dia juga harus memikul gerobak bakso tahu seberat 8-10 kilogram.

Erwin biasa berjualan jam 7 pagi sambil berangkat ke sekolah. Dia menyusuri kampung-kampung di sepanjang perjalanannya.

Erwin terpaksa berjualan untuk bisa jajan di sekolah. Orang tuanya, Uyu dan Imas diketahui bekerja di luar kota. Sedangkan Erwin tinggal dengan sang bibi.

“Buruhna aya lima rebu, genep rebu. Kangge jajan weh (Upahnya Rp5-6 ribu. Buat jajan aja),” kata Erwin.

Barang dagangan yang setiap hari dibawa Erwin itu bukan miliknya, melainkan milik salah seorang tetangga. Erwin hanya memperoleh uang daru jualan bakso itu sebesar Rp. 6.000 (enam ribu rupiah), uang tersebut untuk jajan dan keperluan sehari-hari.

poto : Sekolah tempat erwin mengunyah pendidikan cukup memprihatinkan

Erwin mengaku tak malu dengan apa yang dia jalani, meskipun teman-temannya sendiri di sekolah yang menjadi pelanggan dia. Ia juga mengaku pernah diejek lantaran berdagang. Erwin mengatakan tujuannya hanya untuk meringankan beban orang tua.

“Keliling jualan. Enggak malu,” katanya.

Perjalanan berjualan Erwin sendiri dimulai saat orang tuanya, Uyu dan Imas merantau ke luar kota awal tahun 2019 lalu yang memaksa Erwin untuk tinggal bersama bibinya di Garut.

Erwin kemudian memutuskan untuk membantu ibu-bapaknya mencari uang. Ia memilih menjadi tukang bakso tahu agar mendapat uang untuk jajan agar tak selalu minta pada orangtuanya.

Sementara, sekolah tempat mengunyah Pendidikan Erwin tidak memiliki bangku dan meja, bahkan sudah bolong-bolong.

Saatnya jam sekolah masuk, ia bersama seratusan siswa lainya naik ke bangunan atas tempatnya belajar, sedangkan tanggungan bakso tahu ia simpan di samping halaman sekolah dan dititipkan ke warga sekitar.

Pemandangan miris terlihat di dalam bangunan kelas, tak ada bangku apalagi meja, hanya beralaskan karpet milik mesjid yang dipinjam oleh pihak sekolah untuk alas belajar.

Selain itu, papan tulis dan dinding kelas sudah bolong, siswa dua kelas pun disatukan dalam satu ruangan karena tak ada lagi tempat.

poto : Erwin saat dikelasnya

Menurut Kepala Sekolah, kondisi ini sudah terjadi sejak empat tahun lalu, sejak berdirinya sekolah di kampung sidera legok ini, para guru yang hanya lima orangpun bekerja sukarelawan tanpa digaji, terang Isop Sopiah.

“Asal jangan sampai mengganggu sekolah dan ngaji, oke silahkan dagang, Erwin mau dagang karena sekolah belum mampu membantu buat jajan, dagang di kampung dan disini (di dekolah)”, terang Isop.

Lanjut Isoh, kami disini sekolah rintisan sudah berjalan empat tahun, kami hanya bahu membahu belum ada sentuhan dari pemerintah, kami tidak menghalangi belajar Erwin dan yang lainnya.

poto : sekolah erwin saat belajar mengajar

“Kami berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk sarana pendidikan di sekolah ini,” harap para guru.

Karena, kata Isop, minat orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya sangat tinggi, karena untuk harus ke sekolah negeri dari kampung yang masuk desa terpencil ini jaraknya sangat jauh.

 

Laporan : Ervan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed