oleh

Heboh, Musim Kemarau Muncul Agrowisata Semangka Kendeng di Tegaldowo Rembang

REMBANG, KAPERNEWS.COM – Di tengah suasana musim kemarau yang panas ini dibuka Agrowisata Semangka Kendeng oleh para petani mandiri di Desa Tegaldowo, Rembang Jawa Tengah, Sabtu (23/8/2019). Tidak seperti cara penanaman pohon semangka pada umumnya, cara penanaman dilakukan dengan sistem lanjaran. Tampak beberapa orang anak muda berswa-foto di tengah kebun semangka yang buahnya menggantung, sedang yang lainnya mengantri membeli semangka berdaging buah warna kuning, banyak air dan manis ini.

“Dulu awal penanaman pohon semangka ini saya dikatakan orang edan, orang gendeng dan lain-lain, Mas. Tapi saya biarkan dan terus menjalaninya. Kita kan mencoba memanfaatkan lahan yang sempit. Karena bila ditanam lasah di tanah seperti pohon semangka pada umumnya, dari luas sekitar 0,2 hektar lahan maksimal hanya bisa ditanam sekitar 2 ribu pohon. Tapi dengan sistem lanjaran ini bisa ditanam 5 ribu pohon. Jadi jumlah pohon lebih dari dua kali lipat,” kata Joko Prianto kepada Kapernews di lokasi Agrowisata Semangka yang beralamat di RT.06 RW.01 Dukuh Ngablak, Desa Tegaldowo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (23/8/2019) siang.

Lanjut Joko Prianto, buah semangka yang dipanen saat ini dulu saat bibit ditanamnya pada bulan Juni 2019 bersama rekannya.

“Iya, dulu mulai dari pembibitan, pemupukan, hingga panen saat ini saya bekerja bersama dengan rekan saya bernama Wandy. Dari sebar benih menuju ke pemindahan lahan dilakukan pada saat bibit berumur 7-10 hari. Penyiraman bibit dilakukan dua hari sekali, hingga umur 50 hari. Normal pemupukan dilakukan 5 hari sekali, untuk dosisnya tergantung perkembangan tanaman,” ujarnya.

Menurutnya, cara tanam pohon semangka sistem lanjaran ini banyak kelebihannya. Selain jumlah pohon semangka yang ditanam bisa lebih banyak, dengan sistem lanjaran ini proses pengendalian hama pada tanaman semangka pun bisa dilakukan lebih mudah. 

“Ya, karena batang daunnya menjalar ke atas, bisa lebih mudah pengendalian hamanya. Jadi semangka yang dihasilkan bisa dikatakan lebih sehat,” jelas Joko Priyanto yang kerap disapa Print dalam bahasa Jawa.

Berat semangka yang dipanen bervariasi. Dari mulai 2 kilogram hingga 4 kilogram, dengan harga yang terbilang cukup murah yaitu 10 ribu hingga 18 ribu rupiah perbuah.

“Ya, kuncinya harus suka menanam dan merawat, Mas. Jadi termasuk proses merambatkan batang semangka ke lanjaran yang sebagian orang menilai ribet dan susah, itu juga harus dilakukan dengan senang hati, terang Print sembari tersenyum didampingi istrinya Riny dan anaknya Samudro Panji Kendeng.

Melihat kondisi wilayahnya adalah lereng pegunungan Kendeng yang di permukaannya terlihat berbatu, agak mengagetkan memang ternyata bisa menumbuhkan buah semangka yang berkualitas baik.

“Semua kan tergantung ketersediaan air, Mas. Seperti di atas pegunungan Kendeng itu sebetulnya ya bisa ditanami dan berhasil bagus. Nanti dicari waktunya. Sebaiknya tanamnya pada bulan Februari atau Maret. Hujan masih sering turun. Untuk proses menyirami tanaman jadi agak enteng. Tanah di pegunungan Kendeng itu bisa juga ditanami semangka kok. Pohon semangka kan berakar serabut. Apalagi tanahnya merah, bisa besar-besar itu buahnya,” paparnya.

Dengan kemunculan agrowisata baru di Rembang, banyak warga yang berdatangan. Selain dari luar desa seperti dari Sale Rembang, dan Soko Jepon Blora, tak ketinggalan para tetangga satu desapun juga berbondong-bondong datang.

“Saya tahunya tadi dari media sosial, Mas. Saya merasa senang bisa datang langsung ke lokasi agrowisata ini. Sebetulnya ingin menanam tapi belum tahu caranya,” ujar Siti Hindun (48), warga Dukuh Ngablak Desa Tegaldowo sambil memborong semangka bersama Dita anak gadisnya seorang pelajar SMK 1 Gunem.

(Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed