oleh

JM-PPK Nyalakan Ribuan Obor, Pasrahkan Keadilan Pada Sang Pencipta

PATI, KAPERNEWS.COM – Dalam menyambut tahun baru 2020, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) melakukan ritual lamporan “Nyiwer Kendeng.” Prosesi acara dimulai jalan kaki dari lapangan desa Kedumulyo sampai Omah Kendeng di Sukolilo yang berjarak sekitar 7 kilometer, Pati, Senin (30/12/2019).

Nyiwer (bahasa Jawa, red) berarti menjaga. Jadi nyiwer Kendeng bermakna menjaga pegunungan Kendeng beserta seluruh isinya lewat cara spiritual.

“Harapannya selain hama yang tersirat seperti tikus, wereng, dan hama yang tersurat yaitu peraturan-peraturan yang tidak pro-petani ini bisa direvisi sesuai keinginan seluruh rakyat,” kata Gunretno selaku Koordinator JM-PPK mengawali sambutannya di Lapangan Kedumulyo, Senin (30/12/2019) sekitar pukul 20.00 WIB.

Ribuan peserta yang datang dari lintas kabupaten/kota, seperti Rembang, Blora, Grobogan, Kudus, Semarang hingga Yogya maupun dari Pati sendiri tumpah ruah di lapangan desa yang bersebelahan dengan sekolahan tersebut.

Terdengar tembang Pangkur dilantunkan di tengah keheningan malam yang hanya diterangi obor yang dipegangi peserta dan juga ditanam di tengah lapangan bertuliskan: NYAWIJI KANGGO IBU BUMI, JM-PPK 2020.

“Nyiwer Kendeng bebarengan, pamrihe mung slamete pratiwi, kalis saking gada bendu, merga serakah manungsa, ewa semana lamun sampun tekeng wektu, alam ngersakke tumindhak, beja sing waspada eling (Bersama-sama menjaga Kendeng, demi keselamatan pertiwi agar terhindar dari perusakan oleh keserakahan manusia, namun demikian bila sudah saatnya alam menyeimbangkan dengan caranya, hanya orang yang ingat dan waspada yang mendapatkan keselamatan),” ujar tokoh penerus ajaran Samin Surosentiko yang telah memperjuangkan kelestarian pegunungan Kendeng lewat aksi-aksi budaya sejak 2006.

Sambutan disampaikan langsung oleh Gunretno selaku koordinator JM-PPK lewat pengeras suara di hadapan para peserta dari segenap lapisan usia.

“Melihat kondisi saat ini, hama yang menjadi musuh para petani merajalela. Hama yang dihadapi bukan hanya tikus, wereng dan ulat, namun hama yang sangat besar yaitu kebijakan dari pemerintah yang lebih pro-investor yang tidak memperdulikan aspek lingkungan, yang sejatinya hanya akan menguras sumber daya alam Indonesia,” tukasnya.

Selama perjalanan dari lapangan desa Kedumulyo sampai Omah Kendeng Sukolilo, para peserta tidak melakukan orasi. Hanya lantunan Donga Nusantara (Do’a Nusantara) yang dikumandangkan di sepanjang perjalanan: “IBU BUMI WIS MARINGI, IBU BUMI DILARANI, IBU BUMI KANG NGADILI.”

Kalimat itu terus-menerus dilantunkan, hingga membumbung ke angkasa menjadi mantra yang mengandung makna sebuah kepasrahan kepada Sang Pencipta bahwa sebenarnya apa yang dilakukan JM-PPK selaku manusia untuk mengingatkan kepada semua pihak yang terkait selama ini sudah cukup maksimal.

“Ya, kita pasrahkan pada Sang Pencipta. Seperti halnya kasus Semen Indonesia di Rembang. Dalam proses jalur hukum gugatan warga menang di PK Mahkamah Agung atas Izin Lingkungan. Bahkan di sisi lain Presiden juga memerintahkan untuk membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di pegunungan Kendeng. Di mana rekomendasinya tidak boleh ada aktivitas pertambangan di pegunungan Kendeng. Tapi seperti apa kenyataannya,” tandas Joko Prianto yang malam itu turut pentas seni berdandan punokawan Gareng, mempertanyakan.

Menurut Print sapaan akrabnya, dengan do’a tersebut JM-PPK ingin mengetuk lubuk hati terdalam semua elemen, baik itu pemerintah sebagai pembuat dan pemangku kebijakan maupun masyarakat yang masih melakukan perusakan alam.

“Masa depan anak cucu kita pewaris lingkungan yang lestari ada di tangan kita selaku manusia. Namun realitanya, manusia sendiri yang merusaknya. Maka jangan salahkan jika bumi ini murka dengan banyaknya bencana di negeri ini. Seperti gempa yang barusan kemarin terjadi di Blora dan Rembang,” pungkasnya.

Acara ditutup dengan pementasan wayang kulit dengan dalang Ki Tri Luwih yang terkenal dengan sabetan dan kayon Naga Kendengnya.

(Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *