oleh

Peringatan 95 Tahun Pramoedya, Seniman Pati Pamerkan Karya Patung Sampah

BLORA, KAPERNEWS.COM – Ada satu hal menarik di acara peringatan 95 tahun penulis kondang dari Blora yang beberapa kali menjadi kandidat penghargaan Nobel yaitu Pramoedya Ananta Toer. Pada kesempatan ini digunakan oleh Imam Budi Cahyono seorang seniman dari Pati untuk memamerkan karyanya dalam ajang pameran karya dari sampah yang diadakan di Rumah Budaya Pramoedya Ananta Toer, Jetis, Blora, Minggu (9/2/2020).

“Itu karya patung yang aku buat dari sampah kayu dan beberapa media lain. Dulu kubuat pada Desember 2019,” kata Imam Budi Cahyono yang kerap disapa dengan Imam Bucah ketika dikonfirmasi Kapernews.com, Senin (10/2/2020).

Bagi Imam, sampah adalah sesuatu yang sudah dibuang dan tidak berguna. Seringkali orang mendaur ulang sampah masih sebatas menjadi benda fungsional seperti dompet, lampu gantung, tas belanja atau hiasan kerajinan lainnya.

“Jarang mereka menyadari sampah sebagai bahan dasar karya seni murni. Nah, aku dengan kesadaran penuh tidak menjadikan sampah sebagai bahan seni kerajinan, tapi menjadi seni murni. Berupa patung kontemporer,” jelas seorang seniman sekaligus bapak dua anak ini.

Menurutnya, ada kecenderungan yang sering terjadi ketika para seniman menganggap seksi isu sampah lalu beramai-ramai menggarap sampah untuk event. Tapi begitu event selesai materi sampah kembali menjadi sampah.

“Tetapi aku merusaha menstransformasi sampah menjadi karya seni. Sampah bermetamorfosa menjadi barang berharga. Sampah berubah bentuk menjadi patung kontemporer,” terangnya.

Dalam pameran yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan Pasang Surut di peringatan 95 tahun Pramoedya Ananta Toer dan refleksi Hari Pers Nasional ini, Imam Bucah memberikan judul karyanya Penunggu Hutan Terakhir.

“Ini bercerita tentang kesedihan karena hutan yang semakin habis dan do’a akan datangnya  para avatar penjaga hutan yang saat ini semakin sedikit. Bagiku, sekecil apapun kayu berharga spiritual buatku. Ya, aku sangat menghargai kayu,” tandasnya.

Sementara itu, salah seorang model yang turut menghadiri acara peringatan tersebut mengatakan bahwa karya seni dari sampah ternyata mempunyai nilai estetik yang tinggi.

“Ini merupakan kegiatan yang sangat positif. Ada karya-karya seni. Ada pula karya kerajinan. Semuanya memiliki nilai estetik yang tinggi,” ujar Aqley Zakkiya Ananda Herda (18) warga Kelurahan Jetis Kecamatan Blora Kota.

Namun diungkapkannya, sebagai masyarakat, dirinya prihatin dengan fenomena sampah di Blora.

“Sayang, sampah di Blora masih banyak sekali yang berserakan di tepi-tepi sungai dan di pinggir jalan,” pungkas model yang berzodiak Gemini ini.

Selain pameran karya yang terbuat dari sampah, dalam rangkaian acara berjudul Pram, Sampah dan Bumi Manusia dilangsungkan pula kegiatan-kegiatan lainnya seperti workshop pengolahan sampah, lapak kaos, sablon gratis dan gelar seni budaya.

Acara didukung oleh berbagai komunitas dari lintas daerah, di antaranya PATABA, Samijoyo All Star, Cafe 33 Blora, Jelajah Blora, Jelajah Misteri, Bloranews, Blora Updates, Roemah Goegah, Kronik Kultur, Forkom BS, Kojeck Craft, Akar Merdeka, Batik Koelit Rembang, Distrove Distro, Kandang Pendaki, Rumah Merdeka, Bocah Angon, Punkrawit, Jateng Pos, MAKI, Jaboel Art, UDWN Cukil Art, CCTV Blora, Radar Kudus, Radar Bojonegoro, Kopi Lelet Mbah Dok, KK Garage, Ko Blink, Halo Blora, Monitor Ekonomi, Sri Soko, Rusman Sound System dan Keroncong Tanpa Nama.

Pada sesi diskusi tentang fenomena sampah dan sistem pengelolaanya selain Soesilo Toer adik mendiang Pramoedya Ananta Toer, turut hadir pula Wakil Bupati Blora Arief Rohman dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blora yang diwakili Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun Bayu Himawan.

(Eko Arifianto)

 

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed