oleh

Kongres Seniman Nusantara, Suara Keresahan Seniman Terdampak Covid-19

SOLO, KAPERNEWS.COM – Puluhan perwakilan seniman dari seluruh Nusantara berkumpul di RM Tamansari, Blulukan, Colomadu, Solo, untuk menghadiri kongres, Sabtu (18/6/2020) hari ini.

Kongres ini sebetulnya tidak diadakan dengan rencana yang matang, namun, antusiasme dari seniman sangatlah besar. Terbukti seniman yang hadir di RM Tamansari Solo lebih dari 90 orang.

Dengan memperhatikan protokol kesehatan yakni memakai masker, pengecekan suhu, serta penyediaan hand sanitizer, kongres ini membahas nasib seniman sekaligus solusi di masa pandemi Covid-19 yang berdampak pada tidak bisa digelarnya pagelaran seni sebagaimana biasanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dan hal pergelaran seni, tentu saja, banyak elemen yang menyertainya. Misalnya penyedia jasa tenda, sound system, tata rias, juru foto, katering, serta kru pendukung lainnya. Mereka ini juga termasuk orang-orang yang terdampak.

Perwakilan seniman dari beberapa wilayah di Nusantara menceritakan bagaimana gejolak yang terjadi di daerah mereka. Beberapa poinnya yaitu soal susahnya pemenuhan kebutuhan hidup di masa pandemi Covid-19 lewat jalur kesenian. Bahkan ada yang harus menjual motor untuk sekadar membeli beras.

Perwakilan dari Kabupaten Pati, Bowo Asmoro, mengatakan bahwa bukan jalan demo yang dipilih para seniman untuk menyampaikan tuntutan.

“Kita pakai do’a bersama, dengan menjunjung persatuan, kongres ini salah satunya,” tuturnya.

Di lain sisi, Tri Luwih, dalang asal Pati sekaligus yang menginisiasi diadakannya kongres, menceritakan dasar diadakannya kongres ini karena keresahan temen-temen seniman melihat situasi yang terjadi.

“Para seniman ini seperti tidak dapat perhatian dari pemerintah. Padahal kan Indonesia dikenal karena budayanya. Jadi mbok ya pemerintah kasih solusi, bagaimana kami ini masih bisa mengadakan pagelaran seni. Kami itu juga taat, Mas. Disuruh jaga jarak, ya oke. Pagelaran wayang diberi jarak penonton 50 meter juga gak papa. Yang penting itu ada solusinya. Karena kami kan juga butuh perizinan,” terangnya kepada Kapernews.com, Sabtu (18/6/2020) siang.

Tri Luwih mengeluhkan tentang sektor lain yang diberi kelonggaran, sedangkan untuk kegiatan budaya tidak.

“Sekarang kita coba survey sama-sama. Banyak tempat yang mengundang kerumunan massa, tapi protokol kesehatan apa ya diperhatikan? Kan kebanyakan tidak,” tukasnya.

Kebudayaan, terutama wayang, telah bertahun-tahun menjadi corong komunikasi kepada rakyat bawah atau akar rumput. Dan hal ini, kata Tri Luwih, bisa dipakai untuk sosialisasi tentang bagaimana dan apa Covid-19 ini.

“Lihat petani, Mas. Mereka kan kebanyakan tidak memiliki akses internet. Apa mereka tahu, Covid-19 itu apa? Kan tidak. Jadi, kami meminta pemerintah untuk memberikan solusi bagi para seniman agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sekaligus memainkan peran sebagai corong komunikasi,” jelasnya.

Menurut Tri Luwih, sebagai wadah untuk rasan-rasan, kongres ini juga digunakan sebagai jalan untuk membuat petisi yang diajukan kepada Presiden Joko Widodo. Hal itu terbentuk ketika kongres berlangsung. Hasil kesimpulan kongres rencana akan diajukan kepada pemerintah pusat.

“Adapun jika tidak ada tanggapan dari pemerintah para seniman bisa jadi akan menggelar aksi massa,” pungkasnya.

(Sigit Wibowo/Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *