oleh

Kampung Hijau Jetis Blora, Konsep Manusia Kembali Ke Alam

BLORA, KAPERNEWS.COM – Geliat aktifitas penghijauan lingkungan terlihat di Kampung Hijau Jetis, yang bertempat di Jl. Nusantara Lorong 2 turut RT. 05/ RW. 02 Kelurahan Jetis Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Selain warna-warni mural di tembok dan paving jalan yang penuh makna filosofis, lingkungan terasa sejuk berkat beragam tanaman hijau yang ada, Minggu (11/10/2020) siang.

“Ada binahong hijau, binahong ungu, daun sendok, daun saraf, pegagan, keladi tikus, sambung nyawa, jaruju, cabe jawa, sambiloto, jahe varigata, sambang tulang, dlingu, bengkle, daun ungu, dan lain-lain. Ada juga daun dewa untuk obat kanker payudara,” kata Wahyu Winanti (60) warga RT. 05/ RW. 02 pengkoleksi tanaman obat, kepada Kapernews.com, Minggu (11 /10/2020).

Menurut mantan guru SMP ini, dirinya belajar hingga ke luar kota untuk konsep pengelolaan tanaman sehat ini.

“Kalau hidroponik komunitasnya di Blora. Terus saya belajar ke Boyolali. Terus belajar organik ke Kediri. Dan belajar hidroganik ke Malang, serta tanaman herbal ke Mojokerto,” ujarnya.

Dijelaskan Winanti, untuk menjaga kwalitas tanaman demi kesehatan, pemupukan dilakukan secara organik.

“Pupuknya kita buat dari air cucian beras, ditambah dengan buah, dikasih gula merah,” terangnya.

Menurutnya, pemasaran dan harganya cukup terjangkau oleh semua kalangan.

“Selain bertukar tanaman, ada juga yang beli di sini. Kalau mau bikin sop, bisa beli kolnya 5 ribu, kalau beli tanaman hidupnya untuk ditanam sendiri 15 ribu,” tuturnya.

Sementara itu saat dikonfirmasi, Ketua RT. 05/ RW. 02 Kelurahan Jetis Kabupaten Blora, mengatakan bahwa baik tanaman maupun dekorasi, semua mempunyai makna filosofis.

“Seperti halnya tulisan yang di depan itu “57”. Artinya RT. 05, Maju bersama. Konsep tersebut sebetulnya bermakna: Kita jangan melakukan Molimo (lima laku kejahatan, red), karena kita mengharapkan pitulungan (pertolongan) Gusti Allah,” kata Joko Laksono, Ketua RT. 05/ RW. 02 Kelurahan Jetis, Kabupaten Blora.

Menurut Bang Jack sapaan akrabnya, proses penghijauan dan penataan lingkungan yang dilakukan warga di RT. 05/ RW. 02 berlangsung sekitar 8 bulan di awal pandemi Covid-19 dengan pembiayaan dan pengerjaan dilakukan oleh warga secara swadaya, lintas latar belakang, agama dan usia.

“Ini swadaya semua, Mas. Nol rupiah dari uang kas RT. Atau paling banter 10 persen. Dari mulai ngecat hingga tanaman dan ikan bisa sampai 70-80 juta itu dikeluarkan warga. Tapi dari donatur ada juga, berupa uang atau barang seperti cat tembok. Kalau warga yang sudah mampu ya buat sendiri. Kalau yang belum kita bantu. Konsep ketuhanan itu ampuh. Konsep pergerakan dari hati ke hati itu ampuh,” jelasnya.

Selaku Ketua RT. 05 yang terdiri dari 47 KK ini, dirinya menyampaikan ke warga bahwa yang terpenting adalah menikmati prosesnya.

“Ya, saya sampaikan ke warga, jangan berharap juara, jangan berharap nomor satu, yang penting enjoy, dinikmati saja prosesnya. E, malah dapat juara 1 lomba Lingkungan Hidup Kelurahan se-Kabupaten Blora tahun 2020,” terangnya.

Menurutnya, sudah banyak alam dan lingkungan rusak sehingga perlu kembali ke fitrah kita sebagai manusia pelestari lingkungan.

“Konsep kami adalah konsep hijau. Dari kita, untuk kita, bermanfaat bagi kita dan linkungan. Harapannya adalah kembali ke asal. Kembali ke alam. Bila tumbuhan ini terawat, tumbuhan ini akan berdo’a. Temasuk untuk kesehatan dan keselamatan kita semua. Termasuk udara bersih yang ada,” ujarnya.

Dikatakannya, butuh ketelatenan dan ketekunan untuk mengubah dunia ini.

“Kita ubah dari mulai lingkungan terkecil. Penyakit itu datangnya dari sini (pikiran, red) dan dari sini (perut, red). Kalau sini (perut) terlalu kebanyakan haram, sakit kita, kalau sini (pikiran) kebanyakan kotor dan jahat, sakit kita. Jadi harus kita selaraskan. Mereka nandur sendiri, mereka konsumsi. Jadi darah kan darah murni, jadinya sehat,” tandasnya.

Dari apa yang dialaminya selama proses perjalanan ini, banyak sesuatu yang terjadi di luar dugaan.

“Seperti dimudahkan jalannya oleh-Nya. Intinya berbuat baik, kembali ke alam. Ada yang jualan kembang, ada yang jualan sayur. Yakinilah, bahwa rejeki tidak akan tertukar,” pungkasnya.

(Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed