oleh

Demonstrasi Penolakan UU Cipta Kerja Masih Berlanjut

SURAKARTA, KAPERNEWS.COM – Unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja tidak berhenti begitu saja. Setelah demo terakhir di Kartasura pada Kamis (8/10/2020) yang berakhir ricuh, kini demonstrasi kembali digelar di depan Kantor Balaikota Surakarta pada Senin (12/10/2020). Aksi kali ini diinisiasi oleh organisasi mahasiswa IMM, HMI, dan KAMMI.

Tuntutan mereka masih sama, yaitu menolak disahkannya UU Cipta Kerja, mendesak presiden untuk mengeluarkan Perppu pembatalan UU Cipta Kerja, mengecam represifitas aparat, sekaligus meminta jaminan kesejahteraan buruh.

Namun, tak seperti demonstrasi sebelumnya, massa aksi yang hadir tidaklah banyak. Pantauan Kapernews.com, massa yang hadir hanya sekitar ratusan orang. Meski begitu, mereka tetap berapi-api dalam menyampaikan aspirasi mereka.

Seperti diketahui, UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan oleh DPR-RI ini memicu polemik. Banyak yang menyesalkan karena UU ini diduga merampas hak-hak pekerja seperti hak cuti haid dan melahirkan yang dihilangkan, uang pesangon yang dikurangi, dan melanggengkan iklim investasi yang berpotensi merusak kelangsungan ekosistem alam.

Abdul Malik Anwar Hamisi, selaku koordinator aksi IMM, menegaskan bahwa aksi kali ini, selain membawa empat tuntutan utama, para mahasiswa membawa narasi besar bahwa aksi mahasiswa tidak selalu identik dengan kerusuhan.

“Jadi selain empat tuntutan tadi, kami ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa aksi massa oleh mahasiswa tidak melulu tentang kerusuhan. Ingin kami buktikan bahwa mahasiswa bisa aksi dengan damai,” ujarnya saat ditemui Kapernews.com di lokasi aksi.

Aksi ini juga diwarnai penyekatan oleh pihak kepolisian dari arah Selatan menuju Balaikota Surakarta. Terlihat puluhan orang yang diduga kelompok anarko diamankan oleh polisi dan saat ini telah dibawa ke Polres.

Selanjutnya Abdul menuturkan bahwa aksi ini memang hanya dihadiri oleh mahasiswa yang telah didata sebelumnya, jadi Abdul mengklaim bahwa sekelompok orang yang ditahan bukan tanggung jawabnya.

“Memang aksi ini hanya untuk orang-orang yang kami data. Maka kami imbau untuk mengenakan almamater dan identitas yang diperlukan sebagai antisipasi adanya penyusup, sebab kami ingin aksi ini berjalan damai. Terkait orang-orang yang ditangkap mungkin saja itu orang di luar massa kami,” tandasnya.

(Sigit Wibowo/ Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *