oleh

Pandemi Tak Hentikan Karya Kerajinan Seniman Blora

BLORA, KAPERNEWS.COM – Tidak hanya mahasiswa dan anak sekolah saja, pandemi Covid-19 menuntut Pariyanto (51) seorang seniman kayu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga harus menyesuaikan diri dengan pola kerja baru dengan merubah kegiatannya menjadi Work From Home (WFH).

“Iya, sekitar 7 bulan yang lalu di bulan puasa April 2020 awal pandemi anak perempuan saya minta dibuatkan kerajinan sendok dan garpu. Kemudian ketika diposting banyak mendapat respon positif dari kawan-kawannya kuliahnya dengan memesannya. Dari situ, ketimbang menganggur, muncul keinginan untuk memproduksi barang-barang lainnya untuk mendapatkan pemasukan,” kata Pariyanto (51) kepada Kapernews.com, Kamis (15/10/2020).

Barang-barang kerajinan seperti sendok, garpu, gelas, mangkok, cangkir, spatula hingga nampan dikerjakannya secara hand made.

“Iya, memang sudah biasa pegang kayu (membuat kerajinan dari kayu, red) seperti membuat biola, gitar dan ukulele. Alatnya adalah alat tukang kayu biasa, yaitu bor, pahat dan amplas. Jadi tidak menggunakan mesin bubut,” ujar pria penghobi musik keroncong yang beralamat di Jl. A.Yani 83 Dukuh Ketangar, Desa Karangjati, Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Pariyanto yang akrab disapa Toto ini menambahkan, untuk finishing produknya dirinya menggunakan bahan anti gores.

“Jadi tidak gampang luntur dan aman bila digunakan. Seperti untuk menyeduh kopi atau teh yang dituangkan ke dalamnya air panas,” ujarnya.

Untuk bahan kerajinan, Toto menjelaskan bahwa dirinya menggunakan kayu mahoni belakang rumah milik sendiri, sedangkan bahan kayu jati dirinya membeli dari perusahaan kayu terdekat.

“Untuk piring, asbak, telenan (tatakan) bisa menggunakan kayu jati, tapi untuk gelas dan cangkir harus menggunakan kayu mahoni agar baunya tidak menyengat,” jelasnya.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi Kapernews.com, Bariyah (46) istri Pariyanto mengatakan terkait dengan harga jual produk kerajinannya cukup bervariasi, dari mulai Rp10.000, Rp15.000, Rp35.000, hingga Rp600.000.

“Untuk nampan memang cukup mahal. Karena kayu jati utuh dengan diameter 60 cm dan tebal 4 cm untuk pembuatan nampan tersebut harga bahannya saja sudah cukup mahal,” terangnya ibu dua anak yaitu Febrian Ayu Cahyaningrum (23) dan Kurniawan Aji Santoso (17) ini.

Bariyah yang biasa dipanggil Mbak Yah ini mengungkapkan, untuk pemasaran produk-produk kerajinan yang dibuat suaminya adalah anak-anaknya.

“Iya, biasanya diposting di media sosial. Biasanya pembeli dari luar kota dan luar Jawa. Alhamdulillah, bisa digunakan untuk menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga,” pungkasnya.

Dari cerita tersebut, kita bisa belajar dalam mengembangkan kreativitas untuk tetap berkarya meski hanya di rumah saja.

Selain itu melalui kerajinan kayu yang dibuat, kita bisa menunjukkan karya putra daerah ke pentas nasional dan juga regional. Karya-karya yang dihasilkan bisa menjadi semangat untuk memajukan ekonomi kreatif di Blora dan Indonesia di tengah pandemi Covid-19 ini.

(Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed