oleh

Geliat Seni di Tengah Pandemi, Pameran Lukisan di Pendopo DPRD Blora

BLORA, KAPERNEWS.COM – Geliat seni budaya di Blora kembali terasa dengan dibukanya pameran lukisan dan gelar seni bersama seniman Blora bertajuk “Jati Diriku dan Kehidupan” yang bertempat di Pendopo DPRD Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (20/11/2020).

Acara ini terselenggara atas kerjasama Sedulur Art dengan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora.

Acara dibuka dengan pertunjukan sekitar 40 orang personil kelompok seni Barongan Singo Mustiko Nggopati dari Kecamatan Jati Kabupaten Blora yang sebagian besar berusia muda.

“Iya, hari ini pameran dibuka. Ada 50 karya lukisan dari 27 orang kawan-kawan perupa dari Jakarta, Surabaya, Rembang, Semarang, Magelang, Ungaran dan Blora,” kata Agus Suryanto (50) selaku Koordinator Panitia Acara Pameran Lukisan kepada Kapernews.com saat ditemui di lokasi, Jum’at (20/11/2020).

Agus Suryanto Koordinator Panitia Acara Pameran Lukisan

Dijelaskannya, acara pameran ini berawal dari obrolan saat event festival mural di Pengkoljagong, Kecamatan Jati Doplang, Kabupaten Blora beberapa waktu lalu.

“Di sana kita ketemu teman-teman seniman, baik dari lukis, batik, cukil, dan lain-lain yang pengin bikin acara seni di Blora,” ungkapnya.

Agus berharap dengan bersatunya berbagai macam seni serta realisasi makna jati diri dan kehidupan yang sesungguhnya bisa membawa Blora ke tingkat nasional dan internasional.

“Semoga event acara ini sukses untuk menyatukan berbagai macam seni pagelaran termasuk seni tradisional. Harapan kami seluruh lapisan masyarakat turut mendukung sehingga acara ini bisa menjadi acara tahunan Pemerintah Kabupaten Blora,” ujar seniman yang beralamat di kelurahan Tegalgunung, Kecamatan Blora ini.

Sementara itu, Usye salah seorang perupa dari Blora yang saat ini tinggal di Surabaya mengatakan bahwa dirinya membawa empat karya bertema pandemi di pameran lukisan kali ini.

Usye di tengah karya lukisan bertema pandeminya

“Ada dua jilid. Yang pertama menggambarkan diri saya sendiri. Saya merasa di tujuh bulan pandemi itu tidak bisa bergerak, terkungkung, nggak berani keluar,” terangnya.

Namun setelah setengah tahun berselang dalam keterkungkungannya, dirinya seperti mendapatkan pencerahan sehingga terciptalah karya pandemi kedua yang bergambar cewek penari.

“Bagaimanapun juga, kita dan semua seniman harus terus berkarya untuk menghidupi diri dan keluarganya. Itu saya gambarkan dengan sosok, atau bisa dikatakan Nyi Roro Lor, yang berontak. Ada kendang, ada gong dan sebagainya. Ya, terus berkarya, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan,” imbuhnya.

Nanang dengan karya berjudul Bumi Manusia

Hasil karya dari perupa sangat beragam teknis, mulai dari objek di atas media kertas, kanvas, kulit kayu jati, kolase sampah plastik
yang diekspos dengan cat akrilik ataupun cat minyak.

“Selain sumber daya alam yang bagus, Blora mempunyai banyak potensi seniman yang brilian,” ujar Yan Fathony, perupa kelahiran Jombang yang beristri dari Kecamatan Jati Blora Selatan.

Dikatakannya, dirinya juga menyiapkan dua karya lukis berjudul Merak Pinggir Jurang yang berukuran 2×1,5 meter dan Bawono ing Wisma yang menggambarkan tentang kehidupan spiritualitas natural masyarakat Jawa.

Lukisan Merak Pinggir Jurang karya Yan Fathony

“Alhamdulillah, walaupun agak tersendat-sendat tetapi berjalan lancar,” ucapnya.

Terpisah, ketika dikonfirmasi Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora. mengapresiasi pameran lukisan ini selama 4 hari ini.

“Saya mengapresiasi teman-teman komunitas seni rupa, karena memang sudah lama tidak ada kegiatan seperti ini,” tutur Slamet Pamuji selaku Kadinporabudpar Kabupaten Blora melalui pesan singkatnya.

Menurut Kadinporabudpar, memang Blora mempunyai cukup potensi di bidang seni.

“Memang perlu media untuk memamerkan eksistensi teman-teman sekaligus menambah khazanah geliat seni di Blora,” terangnya.

Terkait dengan situasi pandemi yang ada, Kadinpora mengingatkan bahwa kegiatan pameran harus tetap mengedepankan protokol kesehatan.

“Panitia harus pandai-pandai mengatur arus pengunjung supaya meminimalisir kerumunan,” pungkasnya.

(Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *