oleh

Peringati Hari Ibu 2020, JM-PPK: Semoga Pandemi Jadi Titik Balik Bagi Kita Semua Untuk Lakukan Pertobatan Ekologis

PATI, KAPERNEWS.COM – Dalam rangka memperingati Hari Ibu Nasional 2020, para perempuan yang tergabung dalam Kartini Kendeng memperingatinya dengan cara melakukan penanaman empon-empon di pegunungan Kendeng turut Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (22/12/2020) kemarin.

“Pada kesempatan Hari Ibu ini kami mengajak seluruh wanita Indonesia dengan cara masing-masing untuk terus berperan aktif dalam menjaga Ibu Bumi,” kata Sri Utami selaku perwakilan Kartini Kendeng yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) dalam siaran persnya, (22/12/2020).

Menurut Sri Utami, kesadaran melestarikan bisa dimulai dari keluarga, saudara, tetangga dan masyarakat luas agar terus menjadi contoh dan menerangi bagi mereka dalam menjaga Ibu Bumi.

“Kami sangat berharap bahwa pandemi ini menjadi titik balik bagi kita semua untuk mengalami pertobatan ekologis. Kita semua harus ikut andil, baik kecil maupun besar terhadap terganggunya ekosistem,” ujarnya.

Selaku bagian dari alam, dirinya merasa bahwa manusia adalah makhluk yang paling lemah yang tidak akan bisa hidup bila keseimbangan ekosistem terganggu.

“Bayangkanlah, virus Corona adalah makhluk sangat kecil yang tidak kasat oleh mata. Tetapi bisa merontokkan seluruh sendi kehidupan manusia di bumi ini. Untuk itu berhentilah menjadi makhluk yang serakah dan sombong, seolah makhluk lainnya di muka bumi tidak ada nilainya,” tuturnya.

Dirinya menyayangkan, manusia kadang dengan seenaknya menghabisi hutan yang penuh keanekaragaman hayati serta mengeruk lapisan-lapisan bumi demi keuntungan pribadi sesaat.

“Di saat pandemi seperti ini yang kita butuhkan, hanyalah pangan sebagai ketahanan hidup. Oleh karena itu, jangan hancurkan sumber-sumber pangan. Jika kita diam, berarti ikut dalam penghancuran tersebut. Semesta telah menyediakan segalanya untuk manusia bisa bertahan hidup. Bahkan ribuan tanaman obat alami tersedia di alam ini. Sayangnya kebanyakan dari kita telah mengabaikannya,” tandasnya.

Sebagai salah satu perwakilan Kartini Kendeng, dirinya kembali mengingatkan akan kehadiran tanaman obat berupa empon-empon bisa membawa kesehatan dan kebahagiaan.

“Tanamlah di pekarangan kita masing-masing dan nikmatilah hasilnya. Tidak hanya sehat tubuh ini tetapi juga bahagia karena bisa membantu saudara-saudara kita yang membutuhkannya,” imbuhnya.

Dalam Hari Ibu Nasional 2020 ini Sri Utami melihat bahwa sebaiknya kegiatan peringatan tidak hanya dilakukan seremonial saja.

“Di mana Ibu hanya dimaknai sempit pada sosok wanita yang melahirkan kita. Tetapi lebih dari itu, IBU adalah IBU BUMI yang selalu memberi tanpa meminta kembali. Memberikan hidup dan penghidupan kepada semua makhluk yang ada di dalamnya,” terangnya.

Keprihatinan yang dirasakan oleh Sri dan para Kartini Kendeng di tengah situasi pandemi ini dipicu oleh perusakan lingkungan terhadap Ibu Bumi justru terus berlanjut oleh tangan-tangan serakah yang tidak mengenal kata “Cukup”.

“Manusia-manusia yang serakah terus saja menggunakan segala daya dan upaya untuk melegalkan perusakan atas Ibu Bumi. Menangis dan berdiam bukanlah jalan yang kami pilih. Semangat terus dibangun untuk berupaya semaksimal mungkin demi menjaga Ibu Bumi,” jelasnya.

Sebagai Kartini Kendeng dirinya sangat sadar, bahwa Ibulah orang yang paling menderita di saat anak-anak menjerit kelaparan akibat air bersih tidak mengalir lagi, di saat kekeringan melanda sawah dan ladang, di saat banjir menggenangi persawahan yang dalam hitungan minggu memberi harapan panen.

“Ya, tidak ada jalan lain selain terus berjuang menjaga ibu bumi agar sumber-sumber mata air tidak rusak, gunung-gunung tidak gundul dan sawah-sawah tetap ada. Seberat apapun tantangan yang dihadapi, negara sekalipun yang tidak berpihak pada kelestarian ibu bumi, akan kami lawan dengan terus menanam, terus menjaga lahan garapan kami agar tidak beralih fungsi, terus menjadi petani yang menyediakan sumber pangan bagi seluruh anak negeri ini. Itulah makna Hari Ibu bagi kami,” pungkasnya.

Bagi Sri dan para Kartini Kendeng, menanam berarti melawan tirani perusakan Ibu Bumi. Menanam berarti menumbuhkan harapan.

Hal itu tersirat dalam tembang Pangkur berikut ini:

“Empon-empon kang sarana, dadya tamba paringe Bu Pertiwi, mring kabeh ingkang memangun, berjuang mrih slametnya, Ibu Bumi kang wis amaring cukup, wareg waras seger sumyah, mangga tetep ambelani.”

(Tanaman obat jadilah jamu pemberian Ibu Pertiwi, bagi semua yang selalu mengobarkan perjuangan demi keselamatan Ibu Bumi, kenyang dan selalu diberi sehat, mari tetap membela Pertiwi)

(Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *