oleh

Bupati-Wabup, Ketua TP PKK Blora dan Kompas Gowes Mampir di PATABA, Soesilo Toer: Di Sini Bukan Tempat Lahir Pram

BLORA, KAPERNEWS.COM – Setelah dilakukan di Pangandaran dan Trenggalek, kali ini program kegiatan gowes atau bersepeda sambil berbagi kebaikan bertajuk Melihat Harapan Bike Blora 2021 diadakan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Minggu (04/04/2021) pagi.

Melihat Harapan Bike Blora 2021 diikuti oleh Bupati Blora H Arief Rohman, S.IP, M.Si, Wakil Bupati Tri Yuli Setyowati, ST, MM, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Blora Hj. Ainia Shalichah, SH, M.Pd. AUD, M.Pd. BI dan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho beserta rombongan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Melihat Harapan Bike ini tak hanya gowes sehat, program ini juga menjadi bukti konsistensi Kompas.com dalam menyebarkan pesan positif dan optimistis kepada masyarakat di tengah pandemi,” jelas Wisnu Nugroho seperti dilansir dalam portal berita onlinenya.

Touring bersepeda singgah ke beberapa titik tujuan salah satunya di Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (PATABA) yang bertempat di Kelurahan Jetis, Kecamatan Blora.

“Iya, tadi sekitar 10 menitan, Bupati, Istri dan Wakil Bupati Blora beserta rombongan yang semuanya berjumlah sekitar 25 orang termasuk dari Kompas datang ke sini, Mas,” kata Doktor Soesilo Toer, Ph.D, M, Sc selaku pengelola PATABA pada Kapernews.com, Minggu (4/4/2021).

Dikatakannya selain berkunjung, Bupati dan rombongan juga memberikan donasi 3 rak dan 40 buku untuk perpustakaan yang dikelolanya.

“Terima kasih atas perhatiannya. Tapi sebenarnya bukan kayak gini yang bisa dibaca orang. Yang sederhana saja. Masyarakat Indonesia kan budaya membacanya rendah. Ini buku-buku kelas tinggi. Kira-kira dibaca nggak, Mas, apalagi ini banyak terjemahan dari buku bahasa asing ,” ujar adik kandung sastrawan kandidat Nobel terkenal Pramoedya Ananta Toer.

Soesilo Toer dan donasi Kompas.com

Selain berterimakasih atas kunjungan dan donasi yang diberikan, Soesilo juga melakukan koreksi bahwa ada yang kurang tepat dalam penulisan di website Kompas terkait tempat kelahiran Pramoedya Ananta Toer, kakaknya.

“Selain di portal online, tadi juga dijelaskan bahwa di sini tempat kelahiran Pram. Untuk koreksi dan menambah wawasan, bahwa Pramoedya bukan lahir di sini, tapi di rumah jalan Mr. Iskandar Blora,” terangnya.

Menurut keterangannya kepada Kapernews.com, dulu Pramoedya lahir di rumah yang bertempat di sebelah utara Jembatan Kaliwangan.

“Dulu di situ ada rumah Belanda berbentuk Sinom yang terbuat dari kayu. Lha, Bapaknya Pram setelah pindah dari Rembang terus kontrak rumah di situ. Jadi sementara rumah ini dibangun tahun 1923,” tuturnya.

Soes menceritakan bahwa keluarganya tinggal di rumah sewaan tersebut sekitar 2 tahun.

“Model rumahnya kecil berjajar tiga. Walaupun kecil, tapi cekli. Seingat saya ada jendelanya. Kayak jinem (tempat padi) tapi gede. Bapak tinggal di rumah yang paling selatan. Sayang sekarang sudah hilang,” kenangnya.

Ditambahkannya, bahkan dirinya sempat mengantarkan wartawan Asian Week melakukan liputan bersama Pram kakaknya ke rumah tersebut.

“Iya, sempat saya antar itu wartawan bernama Muryaman, orang Batak yang istrinya orang Cina Sulawesi. Bahkan Pram waktu itu sempat berfoto di balik jeruji jendela, hingga kayak seperti berada di balik jeruji penjara. Pernah lihat fotonya, kan,” ungkapnya.

Terkait dengan kegiatan bersepeda, Soesilo Toer menceritakan bahwa dirinya sempat menjadi juara pertama di ajang bersepeda.

“Saya itu dulu tahun 1954 adalah pemenang Tour De Kebayoran 90 kilometer. Tapi itu tadi, menerobos lewat jalan pintas,” katanya sambil terkekeh.

Diceritakan Soes, awal start ada di depan Pekan Raya Jakarta Jl. Gatot Subroto terus putar ke Bunderan Kebayoran Lama dan berkeliling sejauh 90 kilometeran. Namun saat akhir sesi ketika seorang tukang becak menenangkan perlombaan lalu dikabarkan lewat pengumuman bahwa lomba dibatalkan.

“Ya, karena pesertanya kan waktu itu banyak orang-orang Indo Belanda termasuk juara pertama juara Tour De Kebayoran tahun 1953 Charles van Elton. Lha ini ternyata dikalahkan oleh tukang becak. Akhirnya lomba dibatalkan. Ya mungkin karena malu,” papar Soesilo dengan tawa semakin lebar.

Sementara dalam penuturannya, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Blora Hj. Ainia Shalichah, SH, M.Pd. AUD, M.Pd. BI merasa prihatin dengan minimnya respon yang ada terhadap potensi besar dari Keluarga Toer dan meminta dorongan pemerintah kabupaten Blora lewat dinas terkait untuk mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaannya.

Wabup Tri Yuli Setyowati dan Ketua TP PKK Blora Aninia Shalichah

“Jangan sampai terlambat. Beliau-beliau itu merupakan aset hidup kelas internasional milik Kabupaten Blora yang harus disupport Pemda. Perlu diramaikan secara masif membaca di perpustakaan PATABA milik beliau. Mumpung beliau masih ada dan bisa membagi ilmunya,” tandasnya.

(Abu Sahid/ Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed