oleh

Niat Baik BUC Peduli Tak Berjalan Mulus, Yopi Alamsyah Ajak Semua Pihak Turut Serta

KBB, KAPERNEWS – Setelah sebelumnya berhasil merenovasi salah satu rumah di Desa Cicangkang Hilir milik Bapak Okib, kini BUC (Baraya Urang Cipongkor) Peduli bekerja sama dengan sejumlah pihak mencoba mewujudkan impian keluarga Bapak Rohman untuk memiliki rumah melalui Program Swadaya Masyarakat Indonesia.

Namun sayangnya hal tersebut tak semudah membalikan telapak tangan. Terbukti pembangunan yang dimulai sejak 16 Februari hingga saat ini belum kunjung usai. Pasalnya dana yang terkumpul dari penggalangan dana yang dilakukan BUC Peduli hanya mencapai 9 juta rupiah.

Anggaran 9 juta tersebut tentunya sangat kurang karena terlebih dahulu harus menebus tanah yang sempat digadaikan sebesar 2 juta rupiah.

Foto : Rumah milik bapak Okib di Desa Cicangkang Hilir, Kecamatan Cipongkor yang dibangun melalui Program Swadaya Masyarakat Indonesia

Penggiat sosial BUC Peduli Yopi Alamsyah kepada kapernews.com mengatakan keluarga tersebut memang tidak memiliki rumah, selama ini tinggal di gudang atau goah milik orang tuanya dengan ukuran 3×4 meter yang dihuni oleh 4 jiwa.

“Kami melakukan penggalangan dana lewat media sosial juga bekerjasama dengan komunitas atau LSM yang ada di Bandung Barat salah satunya LSM Trapawana Jabar juga dari komunitas UBBAR, PP Kecamatan Cipongkor,” ungkapnya, Selasa (11/05).

“Kemarin pertama kita membangun terkumpul dana sekitar 9 juta dari penggalangan dana itu, ini kan yang menjadi bebannya kita sempat menebus tanah terlebih dahulu karena masih tanah keluarga cuman sempat digadaikan,” jelas Yopi.

Mengenai koordinasi dengan pemerintah setempat, Yopi mengaku sudah melakukan komunikasi baik dengan pemerintah Desa Baranangsiang maupun dengan pemerintah Kecamatan Cipongkor.

“Secara resmi kita tidak melayangkan surat namun komunikasi ada dengan salah satu perangkat desanya yakni kang Idan dan kang Idan pun dari pihak desa secara pribadinya sempat bilang untuk saat ini desa belum memiliki anggaran untuk pembangunan rumah swadaya tersebut, pihak desa pun mendukung tapi mohon maaf sampai saat ini pihak desa belum punya anggaran,” terangnya.

“Kalau untuk kecamatan kita juga belum pernah melayangkan surat untuk menyampaikan perihal surat resmi pembangunan rumah swadaya masyarakat ini tapi pernah disampaikan juga sama pihak kecamatan dan camat pun sempat mau datang ke lokasi, tapi sampai detik ini belum pernah dari pihak kecamatan datang dari mulai pembangunan sampai sekarang belum ada yang hadir,” tambahnya.

Untuk koordinasi di wilayah kita juga kerjasama dengan kepala dusun, ketua RW dengan masyarakat setempat termasuk dengan forum yang ada di Desa Baranangsiang yaitu forum masyarakat sauyunan baranangsiang.

Lebih lanjut Yopi menjelaskan mekanisme proses pembangunan tidak dilakukan secara continue dikarenakan akses ke lokasi pembangunan dari jalan desa berjarak 1 km lebih, menyebabkan barang pun terbatas.

“Jadi ada barang dikerjakan, kalau memang tidak ada ya kita harus nunggu lagi. Jadi memang kita tidak melaksanakan secara continue setiap hari membangun itu rumah karena memang kita juga melihat budget yang kita miliki memang sangat terbatas,” ucapnya.

Lebih jauh Yopi berharap adanya program rumah swadaya masyarakat Indonesia dapat bekerja sama, bersinergi dengan pemerintah desa, pemerintah kecamatan, termasuk masyarakat yang ada di kecamatan Cipongkor.

“Mari peduli dengan sesama, kalau ini kita bisa saling bantu tidak hanya membantu materi, kita bisa saja membantu dengan tenaga, fikiran dan doa, karena ini kan bentuk gotong royong kekompakan. Kalau kita kurang kepedulian mau bagaimana, hayu urang babarengan (ayo bersama-sama) membantu masyarakat,” ungkapnya.

Yopi meminta pihak desa tidak usah merasa tersaingi, tidak usah merasa malu ketika ada BUC Peduli atau komunitas-komunitas lain yang membantu rumah salah satu warganya yang memang kurang mampu. Menurut pengalamannya sementara ini kan kadang banyak pemerintah desa yang kita bantu bukannya berterima kasih malah berpandangan negatif sama BUC Peduli sendiri termasuk komunitas-komunitas lain yang bergerak di kegiatan sosial ini.

“Kita tahu, tiap desa tidak mungkin menganggarkan untuk pembangunan rumah dengan begitu banyaknya rumah-rumah yang kurang layak menurut pandangan saya, dari segi kesehatan. Hadirnya komunitas atau pegiat sosial ini sebenarnya sangat membantu pemerintah desa minimal mengurangi beban mereka, kalau ini bisa dianggarkan kalau ini dengan cara swadaya,” pungkasnya.

(KN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed