oleh

Hari Kemerdekaan RI Ke-76, JM-PPK Gelar Upacara Rakyat di Bukit Alang-Alang

PATI, KAPERNEWS.COM – Jaringan Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) memperingati momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT-RI) ke-76 tahun dengan menggelar upacara rakyat di Bukit Alang-Alang turut Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, Rabu (17/9/8/2021) pukul 10.00 WIB. Bendera merah-putih dikibarkan dengan cara dipanjat di batang bambu setinggi sekitar 9 meter.

Raslan warga Dukuh Curug Desa Kedumulyo memanjat bambu untuk mengibarkan bendera merah-putih

“Mengibarkan bendera merah-putih bukan hanya sekedar seremonial saja. Tapi bukti kecintaan terhadap tanah air di Republik Indonesia,” kata Raslan warga Dukuh Curug Desa Kedumulyo.

Acara peringatan tujuhbelas Agustus ini agak berbeda dengan yang pernah dilaksanakan pada tahun lalu karena dilakukan di atas bukit yang mempunyai ketinggian 100 mdpl.

Peserta Upacara Rakyat

Peserta terdiri dalam beberapa barisan, di antaranya Barisan Pati, Barisan Rembang, Barusan Blora, Barisan Grobogan, Barisan Peternakan, Barisan Punden, Barisan Pertanian, Barisan Perempuan, Barisan Generasi Penerus dan Barisan Bendera dengan slogan: Lestari Kendengku! Lestari Indonesiaku!

Komandan Upacara Rakyat Bambang Sutiknyo dari Desa Wukirsari Kecamatan Tambakromo mengatakan bahwa laporan tidak hanya dari kabupaten-kabupaten dan sektor-sektor yang ada, tapi juga dari Nasional serta Internasional.

Komandan Upacara Rakyat Bambang Sutiknyo

“Bersama melestarikan pegunungan Kendeng,” ucapnya.

Sementara saat menjadi Inspektur Upacara Rakyat Gunretno Baturejo Sukolilo Pati menembangkan tembang Pangkur.

“Maknane tembung merdeka
Jaman iki kang kudu dilakoni
Bali bebarengan sayuk
Mring dasar Pancasila
Diugemi dilakoni werdinipun
Wis tan wancine semoyo
Kudu enggal ditindaki”

“Banyu munggah dadi tanda
Agustus rong ewu selikur dipengeti
Dadiya srana kang estu
Genepe panguripan
Aran mokal tanpo lemah ugo banyu
Bisa ngrasa merdeka
Nyukupne butuh ben ari”

Inspektur Upacara Rakyat Gunretno didampingi Punakawan

“Peringatan ini untuk mempersatukan dulur-dulur yang saat ini memperingati kemerdekaan. Naik bukit ini merupakan tantangan yang butuh banyak energi. Ini memang disengaja. Kebetulan ini tahun ini pandemi. Yang sampai di atas memang benar-benar terpilih. Sehingga dalam rangka peringatan hari kemerdekaan bisa terlaksana tapi tidak melanggar peraturan yang ada,” terang Gunretno Koordinator JM-PPK.

Ditambahkannya, selaku warga dirinya menyampaikan keprihatinan yang dalam atas matinya hati nurani pemimpin negeri dan para wakil rakyat.

“Negeri agraris yang gemah ripah loh jinawi hari ini menghadapi kehancuran besar yang dibiarkan saja oleh pemerintah,” ungkapnya didampingi Punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Gunretno

Menurutnya, penguatan sumber-sumber pangan seperti pemberdayaan petani, nelayan serta masyarakat pedalaman untuk melindungi lahan produktif harus dilakukan. Menurut data, tahun 2018 sebanyak 82 persen yang dikuasai oleh korporasi besar, yang kemungkinan besar akan lebih parah setelah disahkannya Undang-Undang Cipta Karya dan Minerba.

“Pandemi mestinya dengan dijawab pertobatan ekologis, menyelamatkan Ibu Bumi dari keserakahan manusi. Sebagai petani kami akan tetap berjuang keras untuk menanam, untuk terus melawan penindasan yang merampas ruang hidup petani atas nama pembangunan,” tandasnya.

Wiji Kendeng

Selaku bagian dari bangsa Indonesia, dirinya ingin Indonesia menjadi bangsa yang luhur.

“Tuan atas tanahnya, bukan menjadi bangsa budak,” pungkasnya.

Acara ditutup dengan brokohan makan bersama dengan maksud agar semua pemimpin dan rakyat Indonesia bisa terbuka hatinya menjadi ingat dengan pelestarian Ibu Bumi.

(Abu Sahid/ Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed