oleh

Singonegoro, Simpan Harta Karun Obat Berupa Pohon Pule Terbesar di Indonesia

BLORA, KAPERNEWS.COM – Selain pohon Pule (Alstonia scholaris) raksasa yang sudah berusia ratusan tahun di Desa Todanan, Kecamatan Todanan, menurut Lembaga Konservasi Lingkungan Hijau Blora Indonesia, di sebelah timur Blora, tepatnya di tepi jalan dekat sungai kecil Desa Singonegoro, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, terdapat jenis pohon Pule raksasa dengan seribu satu manfaatnya.

Eko Arifianto Lembaga Konservasi Lingkungan Hijau Blora Indonesia saat melakukan pendataan

“Dari hasil penelusuran kami melakukan penjelajahan ini merupakan yang terbesar. Prediksi kami ini merupakan yang terbesar di Indonesia. Setelah kami lakukan pengukuran, pohon ini mempunyai lingkar batang hampir 10 meter, atau tepatnya 940 cm. Jadi diameternya sekitar 3 meter,” kata Eko Arifianto (45), Ketua Lembaga Konservasi Lingkungan Hijau Blora Indonesia didampingi Bambang Purnomo (50), anggota Tim Jelajah Blora.

Dikatakannya, karena begitu besarnya, cabang, ranting dan dedaunannya yang rimbun tinggi sudah terlihat menjulang dari kejauhan.

“Usianya diperkirakan lebih dari 100 tahun. Pohon ini tentu mempunyai banyak kisah ceritanya,” ucap bapak dua anak yang sejak tahun 1990-an telah aktif di gerakan pelestarian lingkungan Jawa-Bali-Sumatra.

Desa Singonegoro sendiri adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Jiken Kabupaten Blora dengan jarak tempuh ± 8 km dari Kecamatan Jiken yang mempunyai luas wilayah adalah 1.579.620 dengan jumlah penduduk 2.402 jiwa yang sebagian besar penduduknya sebagian bermata pencaharian sebagai petani.

“Sebetulnya pohon yang kulit batangnya berwarna coklat dan bergetah putih susu pada bagian dalam kulit kayu ini banyak memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk kesehatan. Itulah kenapa di kulit batangnya ada bekas-bekas luka hasil dari sayatan warga yang membutuhkannya, untuk pengobatan,” paparnya.

Kulit pohon Pule untuk pengobatan warga

Memang dalam beberapa referensi dijelaskan, bahwa kulit batang Pule dapat digunakan untuk pengobatan herbal seperti malaria, asma, penyakit kulit, epilepsi dan hipertensi. Termasuk getah dari batang pohon Pule bisa digunakan untuk mengobati sariawan dan keseleo.

“Memang, pohon Pule sudah dikenal dalam pengobatan Ayurveda, yakni salah satu metode pengobatan tradisional tertua di dunia yang berasal dari India. Bahkan, tidak hanya daunnya saja, bunga, getah dan batang pohon ini juga dimanfaatkan sebagai obat herbal. Hal ini dikarenakan pohon Pule kaya akan kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid yang sangat bermanfaat,” ungkapnya.

Menurutnya, dari kandungan yang terdapat pada pohon pule membuatnya bermanfaat dan sangat berpotensi untuk digunakan sebagai tanaman herbal.

“Konon beberapa manfaat pohon Pule di antaranya adalah sebagai antidiabetes, antibakteri, antikanker, antiradang, serta memiliki efek analgesik atau pereda nyeri. Tak heran pemanfaatan pohon Pule oleh masyarakat ini digunakan sebagai obat tradisional,” terangnya.

Senyawa etanol yang tinggi juga merupakan kunci dari begitu banyaknya manfaat dari pohon Pule, khususnya banyak ditemukan pada bagian daun.

“Dengan manfaatnya yang cukup besar untuk pengobatan dan menjaga sumber mata air, pohon Pule perlu dijaga kelestariannya, serta terus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan manfaatnya yang lebih banyak guna membantu dalam menjaga kesehatan manusia. Karena tingginya jumlah permintaan untuk koleksi bonsai dan taman, perlu dilakukan pembudidayaan dan reboisasi agar tidak punah keberadaannya,” jelasnya.

Sementara saat dikonfirmasi wartawan, Kepala Desa Singonegoro, Sarji menyampaikan bahwa pohon yang berusia ratusan tahun tersebut masih alami.

Kepala Desa Singonegoro Sarji

“Untuk merangkul mengelilingi batangnya membutuhkan lebih dari empat orang dewasa. Pohon yang memiliki tinggi sekitar 30-40 meter tersebut sampai saat ini masih alami,” ujarnya.

Dirinya menambahkan, dari dulu hingga sekarang warga desa Singonegoro menjaga dan merawat pohon tersebut.

“Dulu itu dua pohon, tapi karena umurnya yang sudah cukup lama akhirnya menjadi satu dengan sendirinya disebabkan,” imbuhnya.

Selaku Kepala Desa dirinya berharap ke depannya pohon Pule raksasa tersebut bisa menjadi icon di Kedung Perahu Desa Singonegoro, Blora, Jawa Tengah.

(Abu Sahid)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed