oleh

Setelah Dua Tahun Berjalan dan Jadi Perhatian Publik, Kapolres Janji Ungkap Kasus Perkosaan Penyandang Difabel Tidak Akan Lama

BLORA, KAPERNEWS.COM – Kasus perkosaan dengan korban penyandang disabilitas ganda hingga dua kali melahirkan namun masih juga belum terungkap pelakunya akhirnya menjadi perhatian publik. Korban adalah FS, siswi tuna rungu dan wicara serta keterbelakangan mental yang masih duduk di bangku Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Kejadian ini sudah berlangsung dua tahun lebih, hingga sudah beberapa kali ganti pucuk kepemimpinan kepolisian wilayah hukum Blora, di antaranya AKBP Ferry Irawan, SIK, M.Hum, AKBP Wiraga Dimas Tama, SIK, hingga AKBP Aan Hardiansyah SH., MH., namun belum bisa mengungkap siapa pelakunya.

Menanggapi kejadian ini, Bupati Blora Arief Rohman, S.IP, M.Si., Kapolres Blora AKBP Fahrurozi, SIK,MM,MH didampingi Bidan Desa dan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kabupaten Blora menggelar konferensi pers di Lantai II Gedung Aula Mapolres Blora, Jumat (13/01/2023).

“Kami yakin Polres akan bisa ungkap kasus ini,” kata Bupati Blora Arief Rohman, S.IP, M.Si.

Pihaknya menyampaikan bahwa sudah dilakukan rapat bersama Forkopimda Blora terkait dengan persoalan ini.

Sementara itu, dalam Konferensi Pers, Kapolres Blora AKBP Fahrurozi,SIK,MM,MH memaparkan, mengakui kesulitan mengungkap kasus rudapaksa lantaran korban merupakan penyandang disabilitas ganda.

Sehingga, dari awal yakni sejak dilaporkan pertama kali pada Rabu 21 November 2020 lalu hingga sekarang pihaknya kesulitan membuktikan secara hukum.

“Menjaga keselamatan yang bersangkutan, termasuk psikis korban dan keluarga. Saya harap jangan sampai terulang ketiga kali dan ini sudah sangat-sangat buruk,” jelas Kapolres Blora AKBP Fahrurozi,SIK,MM,MH.

Kapolres menegaskan akan memberikan perkembangan kasus perkosaan di Desa P turut Kecamatan Jepon dalam waktu dekat.

“Jadi saya tegaskan sekali lagi bahwa peristiwa ini menjadi perhatian kami dan mudah-mudahan Insha Allah perkembangannya dalam waktu dekat akan kita sampaikan,” tegasnya.

Kapolres Blora Fahrurozi menghimbau agar semua pihak bisa turut menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing.

“Untuk rekan-rekan media dan juga masyarakat, agar kita sama-sama menjaga (keamanan) agar kasus tidak terulang lagi,” himbaunya.

Di lain sisi, dari data yang disampaikan oleh mantan pengajar di SLB Jepon, Drs. H. Nur Fatoni, ada 15 kasus serupa di Kabupaten Blora.

“Dari data kami ada 15 kasus pencabulan yang dilakukan oleh predator pedophilia. Hanya 3 kasus yang sampai ke persidangan, sedangkan yang lain selesai secara kekeluargaan. Untuk itu kami meminta agar ada penanganan hukum yang serius agar tidak terulang kembali,” pungkasnya.

(Abu Sahid/ Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *