oleh

Ubah Sampah Rumah Tangga Jadi Cuan Bersama “Maggie”, KKNT Inovasi IPB Berikan Pemahaman Pengolahan melalui Media Maggot kepada Masyarakat

PONOROGO, KAPERNEWS.COM – Sebagai mahasiswa di kampus inovatif IPB University kurang afdal rasanya jika tidak memberikan ide-ide baru kepada masyarakat untuk mengentaskan atau setidaknya mengurangi permasalahan yang ada di masyarakat. Begitu pun melalui program KKNT Inovasi IPB 2023, mahassiswa KKN di Desa Tegalsari, Jetis, Ponorogo yang mengenalkan program pengolahan sampah rumah tangga (organik) menjadi pakan ternak dan pupuk kompos bagi tanaman.

“Di sini kami menggunakan maggot sebagai media pengurai sampah organik di Desa Tegalsari”, ujar Dimas selaku penanggung jawab program kerja ini.

Pada awal pengenalan maggot kepada ibuibu ini juga membutuhkan sosialisasi tentang cara membedakan maggot dan juga belatung. Dalam kesempatan ini pun ibu-ibu juga diperkenankan untuk menyentuh dan melihat bentuk maggot yang sudah dipelihara oleh tim KKN selama seminggu setelah masa penetasan telurnya.

Sedangkan pengolahan sampah ini dimulai dengan pengumpulan sampah organik rumah tangga dari setiap RT di Desa Tegalsari. Sampah-sampah ini kemudian diberikan pada maggot untuk dimakan hingga maggot-maggot ini pun membesar. Setelah maggot besar, tahapan selanjutnya adalah pengolahan dan pengemasan. Dalam sosialisasi awal sudah dijelaskan bahwa pengolahan bisa menggunakan metode sangrai ataupun dijemur di bawah terik matahari.

Hasil akhir dari maggot inilah yang kemudian akan dinilai dan dilombakan antar RT di Desa Tegalsari dalam acara “Tegalsari Expo”. Hasil olahan ini dapat dijadikan pakan ternak, sperti ayam, bebek, ataupun ikan. Dimas menuturkan “Pilihan penjualan bisa dalam bentuk maggot langsung ataupun maggot kering. Hanya saja harga jual maggot kering jauh lebih tinggi dari maggot biasa dan dari kalkulasi kami, keuntungannya tiga kali lipat.”

Dimas mengaku selama pelaksanaan program ini banyak ditemukan hal-hal unik di masyarakat. Ada beberapa RT yang mungkin kurang paham dengan program sehingga ketika jadwal pengambilan sampah tiba di RT tersebut, sampah belum terkumpul ataupun belum dipilah menurut jenisnya. Alhasil kami membutuhkan waktu lebih untuk memberikan makan si “Maggie”. “Ya, mungkin itu adalah contoh kecil dari kendala dan tantangan kami dalam melaksanakan proker ini”, ucap Dimas.

Walaupun demikian, dari seluruh RT yang terlibat banyak ibu-ibu RT yang sangat bersemangat dan merespon positif terhadap program ini. Bahkan ingin diajarkan dari proses penetasan maggot. Karena dinamika dan beragamnya tanggapan masyarakat, justru membuat kami tim KKNT Inovasi IPB menjadi lebih bersemangat dalam menyampaikan dan memberikan pemahaman terkait proram pengolahan sampah di Desa Tegalsari ini.

“Untuk penjualan produk akhir dari kreasi warga, kami juga sudah bekerjasama dengan lapak BUMDes Tegalsari”, ucap Dimas.

Dari program kerja ini kami mengharapkan bahwa ke depannya masyarakat Desa Tegalsari mampu memiliki keterampilan dan sumber pendapatan lain di samping mata pencaharian utama. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed