oleh

Samijoyo All Star Dukung Kelompok Pecinta Rilisan Fisik Pati Hidupkan Kembali Artefak Mati

BLORA, KAPERNEWS.COM – Paska peringatan Record Store Day 2022 di Gedung Juang, Pati, Jawa Tengah oleh Ceklekser Collective akhirnya mendapat apresiasi oleh berbagai pihak, salah satunya adalah Samijoyo All Star Blora.

“Salut atas kerja kolektif kawan-kawan Pati kembali menghidupkan artefak mati berupa rilisan fisik seperti kaset tape recorder,” kata Eko Arifianto, Presiden Samijoyo All Star kepada Kapernews.com di Cafe 33 Blora, Sabtu (4/6/2022).

Dirinya sependapat bahwa platform digital saat ini memang lebih memudahkan para penggunanya, tapi dari sisi spirit lebih memuaskan rilisan fisik.

“Jadi teringat waktu masa kanak-kanak dulu di mana bapak tiap pagi hari sudah menyetel kaset-kaset koleksinya, rock barat dan Indonesia,” ucapnya.

Tidak hanya soal menikmati suara kaset yang diputar, tapi dirinya melihat bahwa ada beragam pembelajaran di dalamnya.

“Tidak kita sadari bahwa ada pelajaran budi pekerti di sana. Kita diajarkan untuk bekerja agar mendapatkan sesuatu. Kita diajarkan tentang sebuah proses bila ingin menikmati sesuatu. Kita dilatih untuk merawat dan memperbaiki sesuatu. Kita diajarkan pula untuk berbagi sesuatu. Kita diajarkan untuk berfikir dalam menghadapi sesuatu. Dan banyak lagi kebijaksanaan lainnya. Jadi tidak hanya download gratis dan puter,” terangnya.

Menurutnya, masa rilisan fisik di Indonesia terjadi di antara tahun 1970an sampai akhir 1990an era Reformasi.

Eko Arifianto menunjukkan koleksinya yaitu kaset album perdana God Bless (1975) yang bernilai Rp500ribu di lapak jual beli online (stok habis)

“Ya, walau masa kejayaannya di 1980an tapi menurut saya di tahun 1970an sudah mulai berkembang. Seperti God Bless yang merilis albumnya pada tahun 1975. Hits dalam album ini beberapa di antaranya adalah lagu “Huma Di Atas Bukit” dan “Setan Tertawa”. Namun saat teknologi dunia memasuki era digital, kaset-kaset fisik ini sudah semakin ditinggalkan peminatnya,” jelasnya.

Dalam pengamatan pria yang akrab disapa Kotak ini, di Blora kota kelahiran dan tempat tinggalnya, beberapa toko kaset ternama gulung tikar akibat perkembangan teknologi yang ada.

“Banyak toko kaset di Blora bangkrut. Sebut saja Manggala yang terletak di Jl. Pemuda dan Ketapang di Pasar Cepu. Padahal dulu Kreator ‘Endless Pain’ dan Guns N Roses ‘Use Your Illusion I & II’ itu juga (beli) dari sana. Ya, walau sekarang seperti Elshinta dan Sedar masih ada, tapi sangat jauh dengan yang dulu,” tuturnya.

Sebagai pemerhati seni dan budaya, dirinya melihat bahwa potensi seniman dan budayawan di Kabupaten Pati memang cukup besar.

“Diakui atau tidak, Pati memang sudah lama menjadi barometer musik di Jawa Tengah. Saya waktu jaman muda dulu saja lihat konser rock juga di Pati. Seingat saya pas pergantian tahun Baru. Tahun berapa lupa. Bintang tamunya Celcius dari Semarang. Naik bis Agung bersama kawan-kawan dari Blora,” kenangnya.

Baginya, selain bisa saling bertukar informasi, bertemu dengan sesama penghoby dan kolektor rilisan fisik itu adalah hal yang menyenangkan.

Rilisan fisik kaset dan majalah koleksi Samijoyo All Star Blora

“Ya, kita seperti bernostalgia masa remaja. Buat awet muda lah pokoknya. Saling bertukar cerita, saling berbagi, seru jadinya,” tandasnya.

Sehingga disampaikan, untuk itu dirinya sangat mendukung kegiatan yang akan diadakan Ceklekser Collective Pati yaitu Kaset Store Day pada Oktober nanti.

“Kita akan sumbangkan sekitar 80 kaset pita serta 14 majalah Rolling Stone dan Kerrang pada Ceklekser Collective untuk materi Kaset Store Day nanti. Atau siapa tahu di Pati bisa buat gallery atau museum khusus rilisan fisik. Kan bisa menjadi pusat data atau informasi, sehingga bisa lebih bermanfaat buat banyak orang,” pungkasnya.

(Abu Sahid)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed