BATANG, KAPERNEWS.COM – Keluhan pedagang keliling yang tergabung dalam Komunitas Pedagang Hebat (KPH) Batang mendapat apresiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang (Dindikbud) pada pertemuan audiensi pada di Kantor Dindikbud Batang, Jawa Tengah, Kamis (12/10/2023).
“Seluruh keluhan pedagang keliling menyangkut adanya pelarangan berjualan di lingkungan sekolah akan segera ditindaklanjuti Dindikbud Batang,” kata Andrianto, dalam pers releasenya, Jumat (13/10/2023).
Disampaikannya, dalam pertemuan audiensi kemarin dihadiri koordinator perwakilan pedagang keliling dari beberapa wilayah kecamatan seperti halnya Limpung, Subah, Bandar, Tersono, Pecalungan dan juga kota Batang.
“Sementara itu dari jajaran Dindikbud yang menerima secara langsung Pengurus KPH terdapat Kepala Bidang Pembinaan (Kabid) dan Kepala Seksi (Kasi) SD, Kabid dan Kasi SMP,” ucapnya.
Menurut Sustanto, Ketua KPH Batang bahwa banyak sekali keluhan yang disampaikan anggota selaku pedagang keliling dengan adanya pelarangan berdagang, baik berupa pemasangan spanduk/banner di lingkungan sekolah maupun pemberian sanksi bagi siswa apabila ketahuan membeli makanan/minuman diluar kantin sekolah.
“Stigmatisasi bahwasanya jajanan dari pedagang keliling tidak sehat/higienis selalu menjadi alasan penolakan pihak sekolah untuk berjualan di lingkungan sekolah,” ujar Sustanto.
Menurutnya, makanan/minuman yang sehat, bersih dan aman ini perlu ada standar parameter ukurannya.
“Pernah terjadi beberapa siswa mengalami keracunan justru setelah membeli jajanan di kantin sekolah. Dari pengalaman dan temuan kami selama ini maka perlu juga dilakukan pengecekan terhadap makanan/minuman yang dijual di kantin sekolah. Selaku pedagang keliling dirinya siap untuk ikut berkontribusi dan bekerjasama dengan pihak sekolah seperti halnya turut menjaga keamanan dan kebersihan sekolah,” tutur Tanto panggilan akrabnya yang berdomisili di Reban.
Sementara itu, Supriyanto dari Tersono menyampaikan bahwa dari 20 sekolah SD yang membolehkan pedagang keliling berjualan itu hanya 5 SD saja.
“Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan pedagang keliling pada beberapa sekolah yang membolehkan pedagang berjualan. Pelarangan berjualan bagi pedagang keliling ini sebelumnya tidak ada,” ungkapnya.
Bagi Muslihun, masifnya pelarangan berjualan di lingkungan sekolah dimulai dengan adanya lomba kantin di sekolah di Kabupaten Batang.
“Fakta di lapangan memang tidak semua sekolah melarang pedagang keliling berjualan di lingkungan sekolah. Tetapi ada sekolah yang membolehkan pedagang berjualan setelah kegiatan sekolah berakhir dan siswa pulang”, tegas koordinator pedagang keliling wilayah Limpung dan Banyuputih.
Dindikbud Batang menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi atas kehadiran pengurus KPH Batang untuk menyampaikan berbagai permasalahan yang ada.
“Pedagang keliling ini sudah memberikan kontribusi nyata untuk nafkah keluarga. Kami akan mendalami dan mencari titik temu agar kepentingan satuan pendidikan di sekolah dan pedagang tetap bisa berjalan”, jelas Yulianto, S.P selaku Kabid SD.
Sementara itu, selaku Kabid SMP, Sumanto, S. Pd.M. Pd menyampaikan bahwa pada masa Pandemi Covid-19 memang dilakukan pengetatan agar tidak terjadi kontak langsung, termasuk menggunakan masker.
Paska pencabutan Covid-19 saat ini, dunia pendidikan telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengkampanyekan agar makanan dan minuman yang sehat, bersih dan aman adalah wajib bagi siswa.
“Dindikbud akan menindaklanjuti pertemuan audiensi ini dengan menyampaikan surat edaran kepada satuan pendidikan dan kami akan memberikan salinan/tembusannya kepada KPH Batang,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, KPH Batang berdiri 3 tahun lalu dan beranggotakan 700 pedagang keliling yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Batang. Sebagai komunitas pedagang yang telah memiliki badan hukum, KPH Batang sebagai pelaku usaha kecil UMKM bertujuan mendorong peningkatan dan perbaikan kesejahteraan anggota dan siap menjalin komunikasi serta bekerjasama dengan pihak sekolah.
(Abu Sahid/ Eko Arifianto)
Komentar