oleh

Memperingati Hari Sungai Sedunia 2021, Relawan Angkat 2 Ton Sampah Selokan

BLORA, KAPERNEWS.COM – Dalam memperingati Hari Sungai Sedunia yang jatuh setiap minggu ke-4 di bulan September, atau pada hari Minggu, 26 September 2021, Relawan Blora dan Satgas Sapu Bersih (Saber) Sampah mengadakan kegiatan “Bersih Sampah Selokan Sebelum Tiba Ke Sungai”, Senin (27/9/2021) sekitar pukul 09.00 WIB tadi pagi.

“Adanya pandemi sebetulnya bisa memberikan kesadaran baru bagi kita agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar,” kata Eko Arifianto Koordinator Relawan Blora.

Para Relawan dan Satgas Saber Sampah Blora

Pada perayaan Hari Sungai Sedunia tahun ini, kegiatan bersih sampah berlokasi di selokan turut Kecamatan Jepon arah Kali Lusi yang merupakan salah satu sungai ikonik di Jawa. Sungai Lusi sendiri berhulu di pegunungan Kendeng Utara, Jawa Tengah, lalu mengalir ke Selatan membelah Kabupaten Blora hingga bertemu dengan Kali Serang di Kabupaten Grobogan.

“Iya, kebetulan di saat yang sama, kemarin ada pengaduan dari pihak sekolah SLB Jepon, bahwa selokan yang terdapat di sisi Utara sekolahan mengalami pendangkalan oleh pembuangan sampah liar yang mengakibatkan air selokan meluber sebabkan banjir hingga masuk kelas,” terang Eko.

Dalam 3 jam hampir 2 ton sampah diangkat dari selokan

Dirinya menjelaskan bahwa dari sekitar 3 jam kegiatan bersih-bersih oleh relawan dan satgas, kurang lebih diangkat 60 karung sampah dari selokan.

“Hampir 2 ton. Sebagian besar yang ditemukan adalah sampah rumah tangga. Dari mulai pampers bayi, pembalut wanita, botol kaca, plastik bungkus mie dan snack, batang kayu, plastik banner, hingga ban sepeda bekas. Bahkan (maaf) ada kotoran manusia juga,” jelasnya.

Menurutnya tidak adanya perhatian dari pemerintah desa/kelurahan serta kecamatan setempat tentang menjaga kebersihan lingkungan menjadikan sungai dan selokan menjadi tempat buangan sampah legal.

“Ya, ketika tidak diberikan pemahaman bahwa membuang sampah di selokan atau sungai itu sebuah kejahatan, dan memberikan solusinya ya tentunya masyarakat akan menganggap tindakan tersebut adalah hal yang lumrah. Akhirnya kebodohan turun temurun membuang sampah sembarangan ini akan menjadi tradisi atau budaya,” tandasnya.

Dari pengamatannya, selokan di Jepon mengalami tingkat kerusakan yang cukup parah. Selain tiadanya air mengalir, sampah yang menumpuk begitu banyak bercampur dengan limbah rumah tangga sangat rentan menjadi sarang berbagai jenis penyakit.

“Masih jauh dari harapan. Jangankan ikan, kepiting atau kadal buntung satupun tak kami temui di selokan sepanjang kurang lebih 25 meter berbentuk huruf H tersebut,” ujarnya.

Selain fenomena sampah, Eko menyoroti kondisi di lapangan yaitu banyaknya bangunan di atas selokan atau sub daerah aliran sungai yang ada.

“Tak tahu itu melanggar atau tidak, coba kalian lihat sendiri bagaimana regulasinya. Heran juga bagaimana kerja penegak Perda dan peraturan perundang-undangan di Blora,” jawabnya.

Menurutnya, kampanye berbagi kesadaran ke publik tentang pentingnya bersama menjaga kebersihan selokan dan sungai oleh semua pihak harus terus digaungkan.

Eko bersama Lilik, Veri, Agus, Santoso, Widodo, Yayun, Arjun, Puah dan Yuniatun

“Permasalahan sampah di selokan dan sungai ini menjadi tanggung jawab kita semua. Ya pemerintah, ya masyarakat. Kita perlu banyak belajar. Empat dekade lalu Norwegia memiliki masalah yang sama dengan kita, yaitu sungai yang penuh sampah. Tapi penegakan hukum yang kuat dan kesadaran dari masyarakat yang cukup tinggi saat ini sungai-sungai di Norwegia sudah sangat bersih, bahkan airnya layak minum,” ujarnya.

Eko kembali menjelaskan bagaimana secara geografis masyarakat Blora banyak diuntungkan dari dua sungai besar yaitu Kali Lusi dan Bengawan Solo yang membelah wilayahnya.

“Adakah kabupaten lainnya yang dilewati dua sungai besar seperti Kabupaten Blora? Kalau benar-benar dikelola dan dikelola dengan benar, keberadaan dua sungai yang ada sebetulnya bisa memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat Blora. Hingga tak heran dulu secara historis pernah ada kota tua bernama Medang Kamulaan di daerah Teluk Lusi Blora,” pungkasnya.

(Abu Sahid)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed