oleh

Limbangan Memanas, Rencana Pendirian Pabrik “Dari Adu Domba Hingga Ancaman Kepada Masyarakat?”

GARUT, KAPERNEWS.COM – Rencana pembangunan pabrik di Desa Cijolang Kecamatan BL. Limbangan Kabupaten Garut terus menjadi bola panas dan liar, sebuah akun facebook Imron Abdul Rajak menuliskan kalau bobroknya Pemda Garut, politik adu domba sampai ke ancaman kepada warga kecamatan Limbangan.

Dalam tulisannya, akun Imron Abdul Rajak menuliskan tema “BOBROKNYA PEMDA GARUT DAN POLITIK ADU DOMBA PABRIK,” berikut isi kutipan lengkapnya

Tiga hari belakangan ini, situasi dan kondisi Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut heboh. Informasi yang berkembang di masyarakat bahwa pihak pabrik telah mengeluarkan uang sebesar Rp. 300 juta. Uang itu diberikan kepada masing-masing warga 100 ribu/KK, lembaga-lembaga desa kisaran 4juta-5juta, RW 1 juta, RT 500 ribu, dan koordinator pengumpul tanda tangan persetujuan dihargai 1 juta.

Sebelumnya, ada juga uang sebesar 100 juta yang konon katanya dikeluarkan oleh salah satu oknum pejabat pemda Kabupaten Garut untuk membungkam warga yang menolak pabrik. Tetapi dalam prosesnya salah sasaran dan terjadi miskomunikasi. Isu pun berseliweran dan berkembang tak karuan. Susana menjadi panas bukan hanya di Cijolang tetapi di Limbangan.

Politik Adu Domba

Warga yang sejak awal menolak rencana pendirian pabrik di Cijolang tidak mau menerima “dana kompensasi” atau “dana amdal” tersebut. Beberapa di antara mereka kemudian mendapatkan teror, ancaman dan intimidasi dari “pekerja dadakan” pabrik yang tidak memikirkan bahwa nun di lembah sunyi (Banceuy-Cisaat-Pulotonggoh-Pulosari) ada dulur urang yang sumber airnya akan tergerus dan dalam kekhawatiran selama hidupnya.

Sebagai warga Desa Cijolang, melihat situasi dan kondisi seperti ini, saya merasa sedih dan miris. Betapa masyarakat Desa Cijolang yang selama ini adem ayem dan duduk manis, kemudian retak, renggang, dan menegang. Saling curiga, saling fitnah, saling tuduh bahkan terjadi di antara mereka yang pro sendiri. Apalagi kalau bukan soal “jatah”.

Pabrik tampaknya melakukan akrobat politik adu domba. Dengan kekuatan finansialnya, pabrik (baca: kapitalis) dengan berbagai cara berusaha merayu warga agar rencananya mulus. Tidak lagi berpikir apakah pendirian pabrik di lokasi Desa Cijolang sesuai dengan aturan atau tidak, tidak berpikir lagi soal dampak lingkungan dan dampak sosial. Yang mereka pikirkan adalah keuntungan.

Ironisnya, sebagian warga terbius mimpi manis pabrik. Tidak sadar bahwa kita sedang diadu domba dengan cara-cara yang nista. Ini bukan soal ada atau tidak pabrik, bukan soal pro atau kontra. Tapi soal regulasi, soal polusi, soal ekologi.

Bobroknya Pemda Garut

Kekuasaan disabdakan untuk merawat keadilan, ketentraman dan kesejahteraan. Pemerintah harus memastikan ketiga hal tersebut dengan menegakkan peraturan sehingga masyarakat merasakan keadilan, ketentraman, dan kesejahteraan.

Mengabaikan salahsatunya adalah sebuah pengkhianatan.

Saya sepakat bahwa kesejahteraan di Kabupaten Garut masih rendah. Tetapi pendirian pabrik bukan satu-satunya jalan untuk meningkatkan kesajahteraan. Masih banyak cara untuk meningkatkan kesejahteraan. Ketika pabrik didirikan di tempat yang tidak layak, alih-alih meningkatkan kesejahteraan, justru keberadaan pabrik di Cijolang malah menyengsarakan: warganya dan alam sekitarnya.

Pemda Garut di bawah kepemimpan Rudi Gunawan-Helmi, seolah membiarkan isu pabrik ini menjadi liar dan tidak berupaya melindungi warganya dari politik adu domba pabrik. Bahkan diduga sebagian oknum pejabat justru merupakan bagian sistematis dari politik adu domba tersebut. Jika sudah kawin haram antara penguasa dan pengusaha, maka rakyat yang menjadi korban: yang pro maupun yang kontra pabrik.

Penulis : Asep

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed