oleh

Tidak Hanya Sidak di TPA Temurejo, Istri Bupati Blora Tak Lupa Ziarah Makam Pejuang Potjut Meurah Intan

BLORA, KAPERNEWS.COM – Tidak hanya inspeksi mendadak (sidak) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Desa Temurejo aksi yang dilakukan oleh istri Bupati Blora terpilih H. Arief Rohman, S.IP, M. Si yang bernama Hj. Ainia Shalichah, SH, M.Pd.AUD, M.Pd.BI, di hari pertama paska pelantikan kemarin, bahkan Sabtu (27/02/2021) kemarin dirinya tak lupa melakukan ziarah ke makam Tegalsari di mana jasad pejuang wanita dari tanah rencong Aceh disemayamkan.

“Kita ke sini untuk menghormati perjuangannya. Dan tak lupa memberikan kiriman do’a,” kata Ainia Shalichah yang akrab disapa Bunda Ain Rohman kepada wartawan di lokasi makam Tegalsari Sabtu (27/02/2021) kemarin.

Bunda Ain Rohman di depan pusara Potjut Meurah Intan

Makam Potjut Meurah Intan ini berada di Desa Temurejo, sekitar 5 km arah utara Alun-Alun kota Blora.

Sewaktu hidupnya dulu Potjut adalah salah satu tokoh pejuang yang dicari penjajah Belanda karena aktifitas perang gerilyanya.

Ia adalah seorang puteri dari keluarga bangsawan di Kerajaan Aceh. Potjut Meurah adalah nama panggilan khusus bagi perempuan keturunan keluarga Sultan Aceh.

Bersama suaminya, Tuanku Abdul Majid, ia dikenal sebagai tokoh dari Kesultanan Aceh yang paling anti terhadap kolonialisme Belanda.

Menurut catatan sejarah, pada 11 November 1902, ia dikepung oleh serdadu Belanda dari Korps Marsose. Seorang diri dia menyerang belasan serdadu. Keberanian tersebut dibayarnya dengan dua tetakan luka di kepala, dua di bahu serta satu urat kening dan otot tumitnya putus. Potjut terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur. Namun ia tetap tidak menyerah. Rencong beserta semangatnya masih tergenggam kuat di tangan dan hatinya.

Potjut Meurah Intan bersama Pang Mahmud, Tengku Nurdin anaknya dan Jendral Belanda

Militansinya yang luar biasa sangat dikagumi Belanda. Bahkan Veltman, pimpinan Korps Marcchausse memberi gelar Heldhafting (Yang Gagah Berani) kepada Potjut Meurah Intan.

Berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 6 Mei 1905, No. 24, ia beserta pengawal setianya bernama Panglima Mahmud atau biasa dipanggil Pang Mahmud, serta putranya, Tuanku Budiman, dan seorang anggota keluarga kesultanan bernama Tuanku Ibrahim, Potjut dibuang ke Pulau Jawa, tepatnya di daerah hutan jati Blora.

Saat diasingkan ke Blora, dirinya tinggal di rumah RM Ngabehi Dono Muhammad, seorang sahabatnya. Rumahnya terletak di sebelah Utara Masjid Agung Baitunnur Blora.

Potjut Meurah Intan meninggal pada tanggal 19 September 1937 di Blora dan dimakamkan di makam Tegalsari Tempurejo Blora.

“Kebetulan kepemimpinan Blora saat ini di Pak Arief Rohman. Ya besok mestinya ada perawatan dan perhatian,” ucap Bunda Ain di sela-sela ziarahnya.

Selain ziarah di makam Potjut Meurah Intan, istri Bupati Blora Arief Rohman ini juga melakukan ziarah di makam R.Ng. Ronggoprawirohamirodjo Patih Blora, Abu Umar pejuang yang gugur 1948 dan Abdoel Rouf yang kebetulan satu kompleks pemakaman.

Bersama asisten pribadinya Bunda Ain di Makam Tegalsari Temurejo

“Ya pasti beliau-beliau sumbangsihnya luar biasa. Jaman segitu, jaman perjuangan. Semoga para pejuang dapat terus dihormati dan diberikan keluasan dan terang di sisi Allah SWT,” tutupnya.

(Abu Sahid/ Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed