LAMSEL, KAPERNEWS.COM – Tepat pada tanggal 17 agustus 2021 indonesia genap berusia 76 tahun, usia yang tidak lagi muda untuk ukuran berdirinya sebuah bangsa, banyak harap doa serta keinginan yang ditanam para founding fathers kita dulu sewaktu mengokang senjata meneriakan kata merdeka.
Tepat 76 tahun yang lalu Soekarno dengan gagah membacakan teks proklamasi yang diiringi haru biru semua rakyat indonesia dan para pejuang kemerdekaan menaruh asa agar majunya suatu peradaban kedepan.
Kekangan serta kungkungan dari para penjajah membuat rakyat indonesia harus merdeka dengan cara apapun, tepat pada tanggal 14 agustus 1945 lewat radio RRI Jepang menyatakan kekalahan terhadap Amerika pada perang dunia kedua.
Memberikan janji akan segera memerdekan indonesia secepatnya. Hal itu disambut baik oleh para tokoh-tokoh besar Bangsa Indonesia. Di tanggal 17 agustus 1945 berkibarlah bendera indonesia menandakan berdaulatnya indonesia menjadi sebuah bangsa.
Tapi itu cerita masa lalu !!
Sekarang era kita ! Tidak perlu angkat bambu runcing ataupun kokang senjata. Kita hanya perlu belajar, menggoreskan tinta diatas secarik kertas, membuat angan serta harapan yang dahulu 76 tahun lalu juga telah di fikirkan mau kemana bangsa indonesia kedepan !
Seperti yang kita ketahui bersama sejak 2 tahun terakhir indonesia bahkan dunia dilanda pandemi covid-19. imbas dari pandemi hari ini baik dunia ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan.
Covid-19 dari awal tidak begitu diperhitungkan sebagai suatu pandemi kini sudah banyak merenggut jutaan korban jiwa dari seluruh dunia,
Yang menjadi penting adalah bagai mana wajah indonesia kedepan ditengah pandemi covid19 hari ini.
Kita berhak pesimis dengan peradaban baru nanti yang akan dihasilkan dari orang-orang hari ini. Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya pendidikan hari ini tidak benar-benar mencerminkan kemauan kita sebagai suatu bangsa untuk bisa nantinya memberikan kemajuan kepada indonesia kearah yang lebih baik. Selasa, (17/08/2021).
Kita memasuki era digital disrupsi 4.0 Anak-anak sekolah disibukkan dengan gadhet dan paket kuota mereka, tidak penting buku pelajaran yang harus disiapkan besok pagi dan tidak ada pertemuan (tatap muka). Serta tidak ada interaksi sosial antar kawan.
Yang lebih menjadi prihatin lagi adalah tidak adanya pengawasan dari orang tua tentang apa saja yang dipelajari didalam gadhet tersebut. Disrupsi bukan hanya tentang berapa banyak pekerjaan yang akan dihapuskan pada tahun-tahun mendatang, disrupsi juga tentang apa saja yang dilakukan hari ini dengan smartphone canggih kita.
Kita sadari bersama banyak sekali konten ataupun aplikasi yang kurang edukatif yang banyak menyita waktu Anak-anak sekolah kita.
Saya juga tidak bermaksud menghakimi konten atau aplikasi tersebut. Tapi saya yakini konten konten serta aplikasi yang kurang edukatif tersebut justru lebih membawa dampak buruk, contoh, aplikasi bermain game online, tiktok, dll. Juga konten artis pamer harta pamer kekayaan dll, ini justru memberikan dampak negatif terhadap pola pikir anak.
Kecanggihan dunia digital ini juga belum diikuti secara baik permanfaatannya oleh sebagian orang, belum adanya literasi ataupun edukasi dari pemerintah terkait terkait kelebihan serta kekurangan kecanduan kita bermain gadhet, khususnya untuk anak” sekolah, serta korelasi kecendrungan kecanduan gadghet dengan dampak penumpukan jumlah manusia usia produktif ditahun” mendatang.
Kembali lagi sudah sampai mana kah kita mempersiapkan agen-agen perubahan yang nantinya menggantikan tongkat estafet kepemimpinan, ini yang harus menjadi prioritas pemerintah dalam dunia pendidikan, mempersiapkan generasi-generasi muda pilihan untuk meneruskan semua pembangunan dari para tokoh dan pendiri bangsa. Karna masa depan yang baik adalah masa depan yang telah kita siapkan hari ini. “Pungkas Rian Kurniawan Ketua DEMA STAI YASBA Kalianda”
(YG/R.YS)
Komentar