oleh

Pupuk Langka, Jalan Rusak dan Anjloknya Harga Panen, Potret Penyebab Penderitaan Petani Kedungrejo Blora

BLORA, KAPERNEWS.COM – Permasalahan pupuk ternyata tidak hanya terjadi di Kecamatan Randublatung dan Jati saja, namun di wilayah Kecamatan Tunjungan, tepatnya di Desa Kedungrejo pun kelangkaan pupuk juga dirasakan oleh masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian petani.

“Wong tani niki rodok rugi, Pak. Abuk angel, panenan gak payu. Rekoso, Pak (Orang tani ini agak rugi, Pak. Pupuk sulit, hasil panen tidak laku. Payah, Pak),” kata Ripan, warga Dukuh Gendongan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora kepada Kapernews.com, Minggu (14/2/2021).

Ripan beserta para petani Gendongan Desa Kedungrejo Tunjungan Blora

Ripan menambahkan, dengan kondisi hujan dan jalan yang rusak membuat sebagian petani mengalami kesulitan untuk memanen hasil pertaniannya.

“Ya karena tidak bisa memanen akhirnya jagung dibiarkan saja hingga sampai tumbuh tunasnya,” ungkapnya.

Tampak akses jalan di Dukuh Gendongan Desa Kedungrejo yang sangat tidak layak

Selain distribusi pupuk dan infrastruktur jalan yang memprihatinkan, petani juga mengeluhkan tentang anjloknya harga jual hasil pertanian.

“Harga sekilo jagung basah saat ini hanya 2.500 rupiah. Kalau umumnya ya sekitar 3.700 rupiah,” jelasnya.

Sepeda motor melintas di jalan dekat Embung Kedungrejo

Sementara itu saat dikonfirmasi, Koordinator Sedulur Relawan Tani (SENTANI) Blora Exi Agus Wijaya mengatakan bahwa ketika kepentingan rakyat (baca: petani) dikalahkan kepentingan elite, saat itulah praktik-praktik berorientasi sempit dan menghalalkan segala cara mulai dilakukan.

“Ini yang terjadi di Blora, bagaimana hak petani selalu dikebiri. Seperti hak mendapatkan pupuk subsidi, hak memperoleh harga pupuk bersubsidi sesuai harga eceran tertinggi (HET), hak mendapat fasilitas infrastruktur berupa jalan yang layak sebagai jalan produksi pertanian, hingga hak keterbukaan informasi publik rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK),” tegasnya.

Selaku bagian dari perjuangan petani, dirinya menghimbau kepada para petani desa Kedungejo Kecamatan Tunjungan untuk berani mengkritisi dan merebut kembali hak-haknya yang telah dirampas oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab.

“Contoh kecil yang terjadi di mana mana, satu orang pengecer pupuk tingkatan desa bisa bohongi ratusan bahkan ribuan kaum tani. Logikanya di mana coba. Ada apa ini.
gak masuk akal kan, tapi itu yang terjadi,” tandasnya.

Menurut Exi, membangun sikap kritis petani dan menjadikan kelompok tani sebagai wadah pembelajaran dan pendidikan perlu dilakukan agar terlepas dari sistem yang tidak adil selama ini.

“Sesungguhnya, yang dibutuhkan gerakan petani sekarang ini adalah membangun jaringan petani yang terorganisir dan sistematis, gerakan petani yang tulus, setia, militan dan rela berkorban untuk kepentingan kaum tani. Dan mau serta mampu bekerjasama dengan rasa saling empati dan semangat gotong-royong,” pungkasnya.

(Abu Sahid/ Eko Arifianto)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed