oleh

Relawan Desa Bukan Medis, Jangan Korbankan Mereka Pada Virus Corona

GARUT, KAPERNEWS.COM – Adanya mekanisme kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah melalui dinas terkait yang membuat level kebingungan di pemerintah Desa dalam mengambil kebijakan kini menjadi bomerang, dimana para petugas yang ada di garis terdepan dalam bersentuhan langsung dengan masyarakat. Misalnya adanya himbauan untuk Relawan Desa menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan masuknya Covid-19 di wilayahnya.

Hal demikian akhirnya memicu banyak Desa yang menggerakkan relawan dalam pemeriksaan seolah tenaga medis yang sudah dibekali pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan. Tulisan ini dihadirkan tidak ada maksud sedikitpun untuk mengkerdilkan atau menyalahkan siapapun, namun merupakan masukan dan curahan dari sekian juta Desa yang ada di Indonesia.

Para relawan Desa yang dengan antusias dan semangat patut kita apresiasi setinggi-tingginya seperti khalayak tenaga medis yang berhadapan langsung dengan pasien, baik OTG, ODP maupun PDP. Dalam melaksanakan tugasnya, para relawan Desa akan bersentuhan langsung dengan ketiga predikat itu (OTG, ODP, PDP). meskipun tidak dengan pengetahuan medis, dan perlengkapan APD standar medis tentunya.

Baca juga :

Padahal dalam pembagiannya, relawan itu ada 2, yaitu relawan medis dan non medis. Namun Desa dipaksakan untuk menjadi bagian dari relawan medis dengan dalih keterbatasan tenaga medis yang ada. Kami dapat memaklumi dengan kondisi keterbatasan tersebut, namun alangkah eloknya jika hal inipun dapat dikaji ulang dan tidak dipaksakan di situasi darurat saat ini.

Alangkah lebih baiknya jika Relawan lebih difokuskan dalam penerapan sosialisasi di lingkungan guna pencegahan, misalnya dengan menyampaikan sosialisasi cara pencegahan virus secara individu, bukan dengan cara melakukan kontak langsung atau pemeriksaan kepada pendatang yang notabene relawan tersebut tidak tahu apakah pendatang tersebut positif atau negative. Yang pada akhirnya fasilitas kesehatan pun tetap menyarankan karantina mandiri terlebih dahulu ketika menerima pelaporan dari relawan ada indikasi suhu tubuh pemudik tinggi.

Lantas efektivitas pemerikasaan tersebut dimana? Jika pada akhirnya yang panas maupun normal akhirnya harus karantina mandiri…

Baca juga :

Bahkan ada salah satu sumber berita online menyampaikan detail kronologis satu orang pemudik yang teridentifikasi positif padahal orang tersebut sama sekali tidak memiliki gejala apapun (OTG), dan lepas dari masa karantina mandiri.

Terlebih lokasi orang tersebut berada di kecamatan yang  secara kasat mata melakukan gebyar antisipasi secara masif dengan melibatkan banyak relawan untuk pemeriksaan kepada pendatang.

Setidaknya ini bisa menjadi kajian yang mendalam buat Pemerintah, terkhusus kabupaten Garut kdalam penerapan upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 ini.

Dalam penelusuran kapernews.com, pasca menerima curahan salah satu perangkat Desa ini, melakukan investigasi, dimana terdapat tenaga medis yang dalam melakukan pemeriksan pasien yang berobat ditempat prakteknya tidak dilakukan sebagaimana protap kesehatan dalam pemeriksaan pasien, dimana sang dokter hanya menanyakan, melihat dengan menggunakan kaca pembatas antara pasien dengan tenaga medis tersebut. Hal itu terjadi di salah satu tempat praktek yang berada di Kabupaten Garut Utara dan tertutup untuk media menggali informasi kepada sang dokter.

Disisi lain, tim mendapatkan informasi dari warga, dimana dalam melakukan pemeriksaan ke salah satu fasilitas kesehatan, petugas medis pun merasa ketakutan dan timbul kekhawatiran ketika gejala pasien mengalami demam, batuk. Meskipun belum tentu apakah pasien tersebut terpapar virus corona atau tidak.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Maskut saat ditemui menjelaskan hal yang sama seperti yang lainnya, dengan memberikan himbauan dan tetap hidup bersih, mencuci tangan menggunakan sabun dan diusahakan di air yang mengalir serta menggunakan masker.

Terdapat dua fariabel dalam sajian ini, yaitu relawan desa yang dipaksakan seolah tenaga medis untuk melakukan pemeriksaan, pengecekan suhu tubuh, dan tenaga medis yang melakukan pemewriksaan dengan keilmuan medisnya membekali diri dengan APD atau sekat pemeriksaan, tapi tentunya tidak semua seperti itu. (Red..)

 

Sumber : Ayi Ruhimat

Locus penelitian tim di Kecamatan BL. Limbangan, Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed