oleh

Hardiknas Nonton Film Dylan, UKM Kajian dan Literasi STHG Ajak Mendikbud Kembangkan Literasi

GARUT, KAPERNEWS.COM – Wacana Mendikbud Muhadjir Effendi akan menggelar nonton bareng film ‘Dilan’ dan ‘Yowis Ben’ sebagai salah satu agenda dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2018, UKM Kajian dan Literasi Sekolah Tinggi Hukum Garut menilai kurang tepat, karena selain terdapat beberapa adegan yang kurang layak ditonton oleh pelajar, ada juga adegan dan pembicaraan yang mengatakan akan membakar sekolah.

“Kami dari mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Garut melalui UKM Kajian dan Literasi melihat kalau Mendikbud tidak seharusnya mengadakan nonton film tersebut dalam rangka memperingati Hardiknas 2 Mei 2018 mendatang, masih banyak kegiatan positif yang bisa lebih membangkitkan makna Hardiknas,” Kata Senita selaku ketua UKM Kajian dan Literasi STHG didampingi anggotanya.

Baca juga : Safari Aktifitas Literasi

Sedangkan menurut UKM Kajian dan Literasi, bila kita lihat dari cuplikan adegan film dylan sangat rentan untuk di tiru oleh remaja zaman sekarang yang sedang mencari jati dirinya. Seperti adegan tawuran antar sekolah maupun geng motor, yang justru pada saat itu menjadi reluctance den melihat keresahan masyarakat ketakutan terhadap anaknya yg dengan masuk geng motor ataupun ikut andil dalam tawuran antar sekolah atau antar pelajar.

Un educated, yang justru seharusnya kita menyambut hardiknas dengan suatu karya yang membangun dlm dunia pendidikan yg tertinggal”. ungkapnya

Dijelaskannya. Hari pendidikan nasional bukanlah hari yang biasa, dimana dunia pendidikan bisa terwujud hingga sekarang ini atas perjuangan bapak pendidikan nasional kita yaitu Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi sebagai tanda jasa atas perjuangan beliau.

Baca juga : Cadin XI Garut Sembunyi Dibalik Literasi? “Closed Literacy Education in Garut?”

Ki Hadjar Dewantara juga suka menulis, banyak tulisannya yang sangat tajam terutama menyindir Belanda, salah satunya adalah Als Ik Eens nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) yang salah satu petikannya adalah “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! “Kalau aku seorang Belanda” Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”, jelas ketua UKM Kajian dan Literasi Sekolah Tinggi Hukum Garut.

Menurut UKM Kajian dan Literasi STHG, alangkah bijaknya kalau pak Muhadjir Effendi lebih melihat makna dan filosofi sejarah Hardiknas, kan bisa saja dengan digelarnya literasi sekolah, dimana dengan literasi sudah barang tentu akan menambah ilmu dan wawasan para pelajar, banyak cara dan teknik literasi. Memang literasi bukanlah suatu istilah baru, hanya saja bagi sebagian orang, kata tersebut adalah kata-kata asing yang belum diketahui maknanya. Sebenarnya ini bukan suatu hal yang mengherankan juga, mengingat kata tersebut memang memiliki makna yang komplek dan dinamis, sementara masih banyak juga orang yang terus mendefinisikannya dengan berbagai cara serta sudut pandang tentang literasi.

Baca juga : Bangkitkan Gerakan Literasi Yang Terkubur Cadin Pendidikan Garut

“Setidaknya, ada berbagai hal yang menyebabkan kemampuan literasi dunia pendidikan kita terutama pada siswa siswi sekolah menjadi rendah, seperti rendahnya minat baca guru, buku-buku yang bisa menarik minat baca siswa cukup sulit untuk diakses, kondisi perpustakaan yang kadangkala kurang memadai, minimnya buku bacaan yang tersedia dan kemampuan guru di dalam menerapkan pembelajaran yang berbasis literasi masih rendah,” jelasnya.

Jadi, UKM Kajian dan Literasi mengajak pak menteri untuk lebih mengembangkan dan menjalankan literasi dunia pendidikan, karena dengan literasilah jendela dunia dan cakrawala akan terlihat.

 

Laporan : Asep

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed