oleh

3 Wartawan Dikeroyok, Ketua Pokja Wartawan KBB : Jelas Ini Kriminal, APH Harus Segera Usut Tuntas

KBB, KAPERNEWS – Ketua Pokja (Kelompok Kerja) Wartawan Kabupaten Bandung Barat, Muhammad Raup meminta aparat penegak hukum mengusut tuntas peristiwa pengeroyokan 3 wartawan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikalong Wetan yang terjadi pada Senin lalu (24/1).

Hal tersebut disampaikan Muhammad Raup usai mendampingi 3 wartawan yang menjadi korban pengeroyokan melapor ke Mapolres Cimahi, Selasa (25/1).

Menurut Raup, aparat penegak hukum harus mengusut tuntas dan menangkap para pelaku serta otak dari pengeroyokan 3 wartawan yang terjadi di Desa mandalasari. Pokja Wartawan KBB akan mendampingi korban sampai para pelaku dan otak pengeroyokan di penjara dan di vonis bersalah oleh pengadilan karena perbuatan mereka.

“Kejadian ini tidak boleh dibiarkan karena akan berdampak buruk bagi para wartawan dalam menjalankan tugas Jurnalisnya. Negara kita adalah negara hukum dan wartawan dilindungi oleh hukum dalam menjalankan tugasnya, perbuatan mereka sudah seperti preman dan sudah jelas ini adalah kriminal,” tegasnya dengan nada geram.

Lebih lanjut Raup menyayangkan atas sikap Kepala Desa Mandalasari seharusnya bisa meredam peristiwa tersebut. Namun malah diduga menjadi dalang dibalik peristiwa pengeroyokan tersebut.

“Yang lebih memprihatinkan kades Mandalasari ini, seharusnya dia bisa meredam kejadian ini, eh malah dia diduga yang menjadi otak pengeroyokan ini. Makanya saya minta kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap oknum kades dan pelaku yang lainnya,” terangnya.

Lebih jauh Raup mengapresiasi pihak Polres Cimahi dalam menerima pelaporan dari Korban pengeroyokan.

“Secara pribadi dan organisasi, Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Kapolres Cimahi, Kasat Reskrim, Kasat Intel, Kanit Intel, yang telah menerima kami dengan sangat baik,” pungkasnya.

Sementara itu, Asep Cahyana salah seorang wartawan dari Media Patroli Indonesia menjelaskan peristiwa pengeroyokan bermula saat dirinya bersama ke dua wartawan dari Media Gema Nusantara akan mencari berita ke Desa Mandalasari, Kecamatan Cikalong Wetan. Menurut informasi di desa tersebut sedang ada proyek jalan yang sudah selesai dan menurut keterangan dari rekannya yang sama-sama wartawan, ketiganya sudah di tunggu Adey Kepala Desa Mandalasari untuk wawancara.

Pada saat tiba di tempat yang dituju, ternyata Kepala Desa Mandalasari sudah ada di tempat. Ketiganya mulai memperkenalkan diri.

“Pada saat itu Rahmat dan Mora dari jurnalis Gema Nusantara mulai memperkenalkan dirinya, tapi apa yang didapatkan pada saat bicara dengan kepala desa, mukanya mendadak berubah dan marah,” jelasnya.

Melihat situasi tidak kondusif Asep Cahyana sigap menghubungi salah satu Kanit dengan ponselnya, Hendra selaku Intel Polsek Cikalong terdekat untuk memohon datang.

“Saya menghubungi dan melaporkan hal tersebut ke Pak Kanit Hendra demi menjaga hal yang tidak di inginkan,” ungkap Asep.

Asep merasa heran, Kemarahan Kepala Desa memuncak pada saat masyarakat berdatangan termasuk karang taruna, padahal yang terdengar ngobrolnya secara sopan.

“Yang saya dengar, kita ngobrol secara baik dan sopan. Cuma menanyakan terkait anggaran proyek itu dari mana..? Nah pada saat itu Kepala Desa nambah lagi emosinya, ujug-ujug marah dan ngamuk gak karuan sampai buka baju sambil berkata nantang duel,” jelasnya.

Bahkan waktu itu, sambung Asep, Kepala Desa sempat mengatakan jika pembangunan di Desa Mandalasari tidak harus di kontrol sama pihak media karena ada pihak BPD.

“Dari perkataan yang dilontarkan Kepala Desa kepada saya dan rekan-rekan, pembangunan di Desa Mandalasari tidak harus di kontrol sama pihak media, karena di Desa itu sudah ada pihak BPD yang mengawasi. kondisi pun semakin memanas, alhamdulilah Kanit Intel polsek Cikalong dan intel kodim tiba tepat waktu, dan akhirnya suasana bisa teratasi dan kondusif,” paparnya.

Setelah datang pihak Aparat Hukum, sambung Asep, Kepala Desa membawa dirinya dan dua rekannya, serta BPD, Perangkat Desa, Karang Taruna, berangkat bersama-sama meninjau lokasi proyek pembangunan jalan tersebut.

“Setibanya di lokasi proyek, malah masyarakat semakin bertambah banyak berdatangan, tiba-tiba saat itu juga gak basa-basi masyarakat mulai menyerang dan mengeroyok sampai melakukan pemukulan terhadap kami-kami ini,” terangnya.

“Pelaku pengeroyokan dan pemukulan di antaranya memakai seragam karang taruna, kami di perlakuan seperti binatang,” Imbuhnya.

Untuk menghindari amukan masa, masih kata Asep, pihak berwajib segera mengamankan dirinya beserta ke dua rekannya sesama wartawan diboyong ke rumah warga terdekat.

(KAMIL)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed