oleh

Dibangun 3 Bulan Lalu, Bocornya Saluran Irigasi di Mandalasari Dikeluhkan Warga, Kades : Kalau Bocor-Bocor Pasti Ada, Kan Tanahnya Bekas Rawa

BANDUNG BARAT, KAPERNEWS – Atang, salah seorang petani asal Kampung Rawasari, RW 07, Desa Mandalasari, Kecamatan Cipatat harus bekerja keras menyumpal puluhan titik bocoran saluran irigasi tersier yang baru beberapa bulan dibangun agar sawah miliknya dapat dikeringkan sesuai kebutuhan usia tanaman padi miliknya.

Meskipun begitu, tampaknya usaha yang dilakukannya tersebut tampak sia-sia. Nyatanya air tetap leluasa mengalir dan menggenangi sawah miliknya, hal tersebut terpantau kapernews.com saat meninjau langsung lokasi titik kebocoran pada Selasa (20/9), dimana volume air sawah lebih banyak dibandingkan dengan volume air selokan.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun kapernews.com pembangunan saluran irigasi yang berlokasi di RW 07, Kampung Rawasari, Desa Mandalasari tersebut dibangun dengan menggunakan anggaran Dana Desa Tahun 2022 sebesar 124 Juta, dengan volume Panjang 145 m, tinggi 70 cm dan lebar 30 cm.

Volume air lebih banyak berada di sawah daripada di saluran irigasi.

Kepada kapernews.com, Tatang mengaku dirinya berupaya menyumpal puluhan titik kebocoran saluran irigasi tersebut lantaran ingin mengeringkan sawah. Tak hanya itu, dirinya juga ingin agar air dapat mengalir juga sampai Cikamunding.

“Ke hilirnya saya khawatir buat Cikamunding itu sumurnya kan resapan dari sini. Trus saya juga kan ingin mengeringkan sawah,” ungkapnya.

Seorang petani tengah menyumpal bocoran air yang mengalir ke sawahnya menggunakan baju-baju bekas, lantaran usia padi sudah masuk tahapan penyusutan air.

Ditanya pembangunan saluran irigasi tersebut dirinya mengatakan jika pembangunan tersebut tidak dilakukan penggalian untuk pondasi dasarnya. Malahan dirinya juga sempat diajak ikut terlibat dalam pembangunan tersebut, namun dirinya menolak karena tidak mau terbawa-bawa.

“Tidak digali pa, saya juga tau sendiri. Malah saya sendiri di ajak bakti, namun saya tolak karena takut disakompet daunkeun (disamakan dengan yang lain/red) melihat kerjaan seperti itu mah. Jadi batu itu dibawah, adukan di atas,” singkatnya.

Sementara itu, ditempat berbeda, tokoh masyarakat setempat, Dawan Gunawan menyampaikan, saluran air mendapat keluhan dari masyarakat khususnya yang tinggal di pinggir selokan karena air mengalir banyak ke sawah bukan ke selokan meskipun sudah dibangun saluran irigasi.

“Dari dulu kan airnya ke sawah terus nah sekarang sudah bikin pembangunan irigasi selokan masih ke sawah, tolong diperbaiki, karena banyak yang komplain, banyak koco dari sini keluar tetap ngendap disini diselokannya airnya gak ngalir, yang ngalir di sawah saja,” jelasnya.

Dijelaskan Dawan, sedikitnya ada 20 titik bocor. Untuk mengakali bocoran air tersebut petani yang bernama Atang menyumpal bocoran tersebut dengan baju-baju bekas.

“Kasihanlah pada petani yang mau dikeringin sawahnya tapi tetap ada airnya. Jadi susah kalau mau dikeringin. Masyarakat ngeluhnya ke saya, mungkin gak berani bilang atau gimana gitu cuma mau di cocok-cocok saja, kalau di cocok-cocok saja gak mau diperbaiki mungkin seterusnya begitu gak bakalan bagus,” terangnya.

Lebih jauh Dawan berharap kepada pemerintah setempat agar melakukan pengecekan lagi dan dilakukan perbaikan.

“Ini mah tolong ke pemerintah setempat tolong di cek lagi, diperbaiki, biar akurat, maksimal, khusus keluar airnya dari selokannya jangan ke sawah lagi,” pintanya.

Ditempat terpisah, Kepala Desa Mandalasari Ahmad Subehi ketika dikonfirmasi mengatakan,  Saluran cacing yang berada di RW 07 itu dari Dana Desa Ketahanan Pangan, nilainya sekitar 124 Juta, mengairi pesawahan di RW 06. Dikarenakan pesawahan di RW 06 itu kekurangan air maka dibangunkan ketahanan pangan untuk saluran cacing tersebut.

“Alhamdulillah sekitar bulan Juni atau Juli dikerjakan oleh TPK alhamdulillah bisa mengairi pesawahan yang dulunya itukan sawah tadah hujan sekarang itu sudah terairi. Bahkan sumur warga juga yang berada diwilayah RW 06 tersebut alhamdulillah tidak ada istilah sumur kekeringan air,” jelasnya.

Disinggung bocoran yang terjadi pada pembangunan saluran tersebut, pria yang akrab disapa Behi tersebut mengatakan jika pembangunan itu digali, cuma karena tanahnya bekas rawa jadi pasti ada bocoran-bocoran air.

“Itu digali, cuma waktu pembangunan itu dikarenakan yang peta sebelum dibongkar itu galengan (pematang/red) itu yang punya sawahnya jangan terlalu ke arah sawah, jadi pas galeng lah, kalau tidak dibongkar masa ditaro batu diatas galengannya, ya digali. Kalau bocor-bocor itu pasti ada, kan tanahnya itu dulunya bekas rawa, jadi tanahnya itu gak padat sepadat sawah-sawah yang lain,” paparnya.

“Sawah itu dulunya rawa, jadi yang namanya rawa jelas kelumpuran tanahnya itu gak seperti sawah-sawah yang lain. Makanya lau misalkan digalinya ke dalam atuh biayanya pasti tidak bakalan cukup. Insya alloh, kalau misalkan itu ada bocor-bocor bisa diperbaiki dengan cara kita menambah dengan bata merah atau sebagainya, tapi yang titik-titik bocor saja,” pungkas Behi menambahkan.

(KAMIL)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed