oleh

Terkait Pesawahan yang Kering di Desa Kertamukti, Ini Kata POPT Cipatat

KBB, KAPERNEWS – POPT (Pengendali Organisme Penggangu Tumbuhan) Wilayah Kecamatan Cipatat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat membantah jika kondisi pesawahan di Desa Kertamukti , Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat kekeringan dan masuk dalam klasifikasi Ringan dan Berat.

Dikatakan POPT Wilayah Cipatat Eky Samsul Hidayat sebetulnya kemarin itu tahapannya yang sedang dan berat. Sementara real dilapangan sebetulnya wilayah Kertamukti untuk untuk tahun sekarang itu sudah berjalan hampir 3 musim, 3 tahun berarti udah kembali normal.

“Paling daerah-daerah tertentu yang belum teraliri karena tadi debit air sekarang dan normalisasi di Irigasi yang primernya banyak terganggu tadi yang membuat lubang-lubang baru,” jelasnya.

Terkait secara keseluruhan di Kertamukti, masih kata Eky, untuk saat ini dikategorikan sedang tidak, berat juga tidak ada, paling terancam. Jadi batasan kategorinya pertama terancam, ringan, sedang, berat, puso, kategori menurut POPT.

“Kadangkala orang tanggapannya lain, sawah kosong, lahan kosong, gak ada tanaman, dikategorikan kekeringan, retak-retak, makanya ada bilang sekian puluh hektare, sekian ratus hektare karena melihat sawah kering. Kalau pandangan menurut POPT bahwa yang kering itu yang ada tanaman padi atau palawija dalam pertumbuhannya terganggu sama tadi, pengairannya ada kekeringan baru ada tingkatannya dari mulai terancam, ringan, sedang, berat sama puso,” tegasnya.

Lebih lanjut Eky menerangkan, jika berdasarkan pantauannya dilapangan yang dilakukan beberapa hari ini, dirinya memperkirakan paling 5 hektare yang terancam.

“Pantauan selama kemarin-kemarin paling itu terancam sekitar 5 hektare. Itupun yang ada tanaman sekarang paling cuma di blok Randukurung, kelompok Kertamulya itu tanaman di usia 42 sampai 56. Itupun di kontrol aliran air masih ada cuma perlu gilir-gilir air, jadi perlu pengawalan airnya,” terangnya.

“Sama yang utama irigasi primernya itu perlu rehab yang bocor-bocornya itu, yakni DI Pasirangin sampai perosotan Semper. Tapi itu ranahnya bukan ranah Dinas Pertanian karena itu primer PU Pengairan,” tambah Eky.

Sekarang di Kertamukti kalau lihat real dilapangan udah ada mulai pengolahan lahan, sebagian besar panen, jadi itu cuma blok-blok tertentu.

“Secara umum kalau tadi dikatakan 250 hektare kekeringan, air gak mungkin mengalir ke Sarimukti, Cicadas. Sampai hari kemarin di kontrol sampai jam 12 siangan itu air masih mengalir. Jadwal Sarimukti itu kemarin masih besar. Air masih besar berarti air masih normal berarti gak ada kendala sebetulnya, itu cuma perlu dikawal saja,” jelasnya.

Sebetulnya kalau petaninya mau bersabar, kalau petaninya mau beralih ke tanaman selain tanaman padi, sebetulnya air cukup.

“Jadwalnya itu sudah ada masing-masing di tiap bloknya. Tiap blok sampai nyebrang desa, toh sebetulnya air mencukupi kalau itu digilir-gilir. Di giring gilir air, ada toh air di Kertamukti, sumber air masih ada tapi petaninya harus bisa sabar sesuai dengan waktu air mengalir ke bloknya masing-masing, jangan berebut intinya mah,” pungkasnya.

Ditempat yang sama PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Desa Kertamukti, Ramdhani menambahkan, terkait klarifikasi berita dari media yang kekeringan di Kertamukti 250 hektare, karena dilapangan sendiri masih apa yang dikatakan pak Eky sekarang ada yang pengolahan lahan, pertanaman yang sudah berusia kurang lebih 1 bulan lebih itu ada disana.

“Jadi mungkin untuk daerah kering di Kertamukti itu paling daerah yang biasa jarang teraliri seperti Cimangsur, Ciranji, daerah-daerah yang tadah hujan. Untuk daerah yang irigasi Alhamdulillah kalau untuk pengairan berjalan normal asal yang tadi itu gilir-gilir air dari P3A. Petani yang biasa mengambil air seenaknya bisa dikontrol oleh para P3A, karena saluran cacing apabila dirusak, walaupun asalnya kecil lama-lama karena air itu besar bisa jebol, lama-lama daerah irigasi yang saluran cacing itu bisa rusak,” ujarnya.

Trus dari daerah Rawayan, sambung ia, DI Pasirangin itu daerah Rawayan jadi saluran primernya itu belum optimal masalah saluran primer itu karena harus dari pihak PU Pengairan dibetulkan secara permanen supaya tidak jebol lagi. Karena saluran air untuk Kertamukti itu dari aliran sungai Cimeta,

“Jadi mungkin hanya itu untuk kekeringan sendiri, seperti apa yang disampaikan sama pak Eki mungkin baru terancam, belum ke ringan, sedang, berat, maupun puso, jadi baru air spesifiknya masih ada. Jadi untuk 250 hektare itu barangkali hoak,” tandasnya.

Sementara itu Koordinator Penyuluh, Agus Kurniawan berharap jika para petani bisa mengikuti pola pergiliran tanam.

“Sekarang misalkan padi, padi, kemudian jagung. Kalau misalkan sekarang musim kemarau jangan paksakan menanam padi, coba tanam yang lainnya seperti jagung atau sayuran atau lainnya seperti sekarang di Ciptaharja. Seperti di semper sekarang kan mulai jagung,” terangnya.

Kedua, sambung ia, coba ikuti program Asuransi Pertanian yang namanya AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi), itu bisa mengcover kalau misal terjadi puso, terjadi kekeringan, sehingga panennya tidak menghasilkan.

“Nah itu bisa di klaim asuransinya. Namun ada syaratnya, yakni 30 haru sebelum tanam sudah di asuransikan. Jadi pas kita lagi nanam, sudah diasuransikan nih 1 hektare, silahkan diasuransikan, ke kita juga nanti didaftarkan ke lembaga asuransinya, kalau misalkan nanti terjadi kekeringan, puso, itu bisa di klaim asuransi, tapi kalau misalkan sampai panen ya hilang asuransinya. Karena itu kan hanya berlaku 1 kali musim panen, kalau gak salah 1 hektare itu 18 ribu,” tandasnya.

Untuk diketahui, meluruskan pemberitaan yang sebelumnya, karena terjadi mis komunikasi. Ternyata tanah yang diduga kekeringan seperti disebutkan dalam berita yang berjudul 250 Hektare Sawah di Desa Kertamukti Kekeringan, Kades Minta DPKP KBB Turun Tangan, ternyata yang kekeringan itu sekitar 25 Hektare seperti yang ditulis Kepala Desa Sunaryo melalui keterangan susulan via WA, sementara untuk 250 hektare itu adalah lahan pesawahan.

(KAMIL)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed